REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis penyakit dalam dari Universitas Indonesia, Dr Bhanu Kumar, BMedSc, SpPD, menyarankan pasien diabetes melakukan pemeriksaan pada ginjalnya setiap tahun bila tak mengalami kelainan apapun. "Fungsi ginjal biasanya kita menggunakan patokan kalau ada kelainan bisa diulang. Kalau kelainan berat per bulan, kelainan ringan per 3 bulan, kalau tidak ada kelainan bisa per tahun atau per 6 bulan boleh," ujar dia dalam media gathering secara daring, Selasa (16/11).
Akibat diabetes, pembuluh darah kecil di tubuh bisa terluka. Ketika pembuluh darah di ginjal terluka, ginjal tidak dapat membersihkan darah Anda dengan baik.
Tubuh pun akan menahan lebih banyak air dan garam daripada seharusnya, yang dapat menyebabkan penambahan berat badan dan pembengkakan pergelangan kaki. Diabetes juga dapat menyebabkan kerusakan saraf di tubuh Anda.
Hal ini dapat menyebabkan kesulitan dalam mengosongkan kandung kemih Anda. Tekanan yang dihasilkan dari kandung kemih penuh Anda dapat melukai ginjal, menurut laman kidney.org.
Selain ginjal, Bhanu menyarankan pemeriksaan pada mata untuk melihat ada tidaknya komplikasi demi mencegah kebutaan yang berdampak pada menurunnya kualitas hidup. Pemeriksaan juga disarankan pada kadar kolesterol.
Bila ada kelainan, maka pemeriksaan bisa diulang setiap tiga bulan sementara bila tak ada kelainan maka disarankan pemeriksaan setiap sekali setahun. Mereka dengan masalah komplikasi seperti pada kaki, bisa berkonsultasi dengan dokter bedah untuk mendapatkan penanganan misalnya pada luka kaki.
Bhanu mengutip anjuran Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) mengatakan, bukan hanya dokter tetapi juga pasien yang berperan dalam penanganan diabetesnya. Demi mencapai hal ini, dokter perlu mengajarkan pada pasien seperti pola diet yang baik, olahraga yang tepat hingga pemeriksaan gula darah mandiri demi menjaga gula darah tetap stabil.
"Kita mulai membagi tanggung jawab penanganan diabetes, jadi pasien kita kasih tahu ini penyakit diderita ya harus bertanggung jawab dan tahu cara menangani sendiri," kata Bhanu.
Dari sisi olahraga, pasien misalnya perlu tahu pilihan yang tepat yakni kardio untuk meningkatkan nadi. Sementara untuk asupan, sebaiknya pilih dengan jumlah seimbang dan jenisnya sesuai kebutuhan tubuh.
"Untuk asupan yang fiber lebih tinggi, jangan karbohidrat terlalu tinggi bukan berarti no karbo, karbo tetap dibutuhkan. Yang penting asupan seimbang, ada karbohidrat, protein, lemak, serat," demikian pesan Bhanu.