Senin 01 Nov 2021 12:05 WIB

Mengenal Bandung Lewat Walking Tour

Dengan slogan pay as your wish wisatawan bisa mengikuti berbagai macam rute.

Dokumentasi walking tour Cerita Bandung.
Foto: Republika/Hartifiany Praisra
Dokumentasi walking tour Cerita Bandung.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Hartifiany Praisra

 

Kota Bandung memiliki banyak bangunan heritage yang menarik perhatian wisatawan. Berbeda dari kota lain yang berada di titik yang sama, bangunan heritage di Kota Bandung justru menyebar di beberapa kawasan.

Lewat Cerita Bandung, wisatawan bisa mengikuti berbagai pilihan rute walking tour sesuai tema yang disiapkan setiap pekannya. Founder Cerita Bandung, Farhan Basyir membangun jasa walking tour ini berdasarkan pengalamannya sebagai wisatawan di London, Inggris.

"Kepikiran walking tour karena pernah ikut di London, jalan-jalan tapi tidak ada budget dan ikut walking tour dengan bayar seikhlasnya," kata Farhan pada Republika, Ahad (31/10).

 

photo
Dokumentasi walking tour Cerita Bandung. - (Republika/Hartifiany Praisra)

 

Sesampainya di Bandung, dorongan untuk membuat walking tour  semakin besar. Hingga akhirnya pada pertengahan 2019, Cerita Bandung pun lahir.

"Pada awalnya memang untuk wisatawan asing, tapi dengan seiring berjalannya waktu kita coba wisatawan domestik. Bahkan dulu cari lima orang saja kaya sulit sekali," kenang Farhan.

Pada Desember 2019, rute Bragaweg dan Original Bandung pun menjadi rute pertama yang ditawarkan. Dua rute ini pun kini menjadi saran bagi wisatawan yang pertama kali mencoba walking tour.

Dengan slogan pay as your wish atau bayar seikhlasnya, wisatawan bisa mengikuti berbagai macam rute yang disediakan setiap akhir pekan. Namun karena pandemi, Farhan membatasi kuota wisatawan yang ikut dengan melakukan pendaftaran pada Kamis malam.

"Maksimal 25 orang, lebih dari itu susah karena bisa jadi tidak fokus atau suara storyteller tidak terdengar," kata Farhan.

Namun wisatawan akan sangat sulit untuk mendapatkan kuota meski sudah dibuka empat rute setiap akhir pekannya. Republika turut mendaftar pada Kamis malam, namun selang lima menit diumumkan lewat Instagram, kuota pendaftaran telah penuh.

Untuk itu, Farhan menyarankan ikut private walking tour dan tanpa minimal jumlah peserta. Berbeda dari walking tour yang digelar setiap akhir pekan, private walking tour ini mematok harga bagi wisatawannya.

"Kita ngakalinnya pakai rute privat, karena lebih fleksibel baik waktu dan tempat. Satu orang Rp 150 ribu, 2-3 orang Rp 300 ribu, dan 6-10 orang Rp 500 ribu," kata Farhan.

Saat ini Cerita Bandung telah memiliki 13 rute walking tour dengan berbagai tema dan kawasan sendiri. Story teller akan memandu wisatawan untuk menceritakan kisah di balik tempat-tempat bersejarah yang dilewati.

Farhan lebih memilih untuk menggunakan kata storyteller ketimbang pemandu wisata. Menurutnya, para storyteller tidak terpatok pada informasi formal yang ada, menambahkan fun facts dan meminta wisatawan untuk ikut menceritakan kisah tertentu.

"Kita tidak mau ada leading information karena ada beban moral yang kita tanggung. Kalau ada info yang salah mohon dikoreksi dan info tambahan kita terima," kata Farhan.

Tidak ada batasan usia dalam mengikuti walking tour di Cerita Bandung. Jarak yang disusuri oleh wisatawan pun berbeda-beda tergantung rute. Dengan rute terpanjang Pecinan yang mencapai hampir 9 km.

Farhan berencana untuk terus menambah rute walking tour  mengingat sudah banyak wisatawan yang menjajal semua rute. Menariknya, Farhan kini mengembangkan Cerita Bandung dengan menambah produk Jalanin Aja untuk tour tracking yang saat ini memiliki lima rute.

"Konsep Jalanin Aja itu karena ingin memperkenalkan site yang memang agak jauh dari Kota Bandung. Seperti makam Tionghoa di Elang akan sangat sulit kalau kita datangi lewat walking tour," kata Farhan.

Konsep ini bahkan membuat ada kedekatan lebih yang dibangun baik storyteller dengan wisatawan dan bahkan antar wisatawan itu sendiri. Bahkan storyteller mempersilakan wisatawan yang memiliki info untuk dibagikan pada wisatawan lainnya.

"Disana bisa bangun hubungan karena selama beberapa jam kita bareng-bareng, susah senang bersama, jadi ketika pulang mereka punya cerita masing-masing," kata Farhan.

Farhan bahkan sempat terkejut karena hubungan yang dibangun dari walking tour itu sedemikian erat. Dia mencontohkan ada geng yang terbentuk karena wisatawan selalu ikut setiap rute meski pada awalnya tidak saling kenal. Tak jarang ada teman lama yang tidak sengaja bertemu saat sama-sama ikut walking tour.

Salah satu wisatawan yang menjadi langganan walking tour Cerita Bandung adalah Nur Fidhiah Shabrina. Wanita berusia 25 tahun ini sudah mengikuti sebelas rute sejak pertama kali diajak oleh rekannya.

"Pengalaman seru dan menyenangkan. Kegiatan jalan kaki yang tidak hanya jalan kaki, tapi dijelaskan sejarahnya juga. Jadi makin tahu seluk beluk Bandung," kata Fidhiah.

Fidhiah mengakui ada komunikasi dua arah yang terjalin karena storyteller yang informatif. Bahkan Fidia menjadi salah satu wisatawan yang mengenal wisatawan lain lewat walking tour tersebut.

Rute paling menarik versi Fidhiah adalah Bandunglicious. Dimana wisatawan diajak untuk wisata kuliner sambil berjalan kaki dan mengetahui informasi tentang kuliner legendaris.

Wisatawan lain yang ketagihan mengikuti walking tour adalah Arienta Niadisya. Menariknya, Arienta mengikuti walking tour karena diajak oleh atasannya sendiri.

"Awalnya diajak atasan di kantor, lalu penasaran dengan rute lain jadi ajak kakak sendiri dan ternyata kakak juga ketagihan. Malah jadi dia yang pergi sendirian," kata Arienta.

Arienta mengakui, ada beberapa hal yang luput ketika dia mengikuti walking tour ini. Dia mencontohkan, ketika ikut rute Senja di Ereveld Pandu dimana kesan makam jauh dari kata seram.

"Padahal seringkali lewat sana, tapi ternyata di dalamnya banyak hal menarik termasuk soal makam-makam orang penting yang tidak terurus," kata Arienta.

Arienta memberikan tips agar calon wisatawan bisa mendapatkan kuota walking tour. Yakni dengan memberikan notifikasi pada Instagram dan segera mendaftarkan diri tanpa pikir panjang.

"Kadang saya ikut walking tour tanpa lihat temanya. Karena kuotanya sangat cepat penuh tapi worth it," kata Arienta.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement