Rabu 27 Oct 2021 18:14 WIB

FDA Kritik Perangkat Kejut Listrik untuk Siswa Difabel

Masih ada satu sekolah di AS yang menggunakan alat kejut listrik untuk siswanya.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Qommarria Rostanti
Seorang terapis memeriksa tali pergelangan kaki perangkat kejut siswa di Judge Rotenberg Center di Canton, Massachusetts, AS.
Foto: Charles Krupa/AP Photo
Seorang terapis memeriksa tali pergelangan kaki perangkat kejut siswa di Judge Rotenberg Center di Canton, Massachusetts, AS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa senator di Amerika Serikat (AS) mendorong sekolah untuk mengakhiri penggunaan perangkat kejut listrik pada siswa difabel. Saat ini, alat tersebut digunakan oleh satu sekolah di AS, di mana sebagian besar siswa adalah anak laki-laki dan perempuan kulit hitam dan Latin. 

Di Judge Rotenberg Center di Canton, Massachusetts, beberapa siswa di sekolah memakai perangkat setiap saat, sementara anggota staf memantau mereka. Siswa yang terlibat dalam perilaku yang tidak diinginkan mungkin menerima "kejutan" yang menyakitkan. Siswa juga dapat ditahan di empat titik dan disetrum berulang kali untuk pelanggaran, mulai dari melukai diri sendiri hingga gagal mengambil jaket ketika diberitahu. 

Sekolah yang menggunakan bentuk ekstrem dari modifikasi perilaku sebagai alat pengajaran utamanya, menyebut dirinya sebagai upaya terakhir untuk kasus-kasus yang paling sulit dan berbahaya. Banyak siswa autis atau memiliki cacat intelektual, tetapi yang lain juga dirawat dengan diagnosis psikiatri seperti gangguan bipolar. 

Polemik hukum atas penggunaan perangkat ini telah dilakukan selama beberapa dekade. Secara historis, perangkat tersebut digunakan pada siswa autis. Namun dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan telah meluas ke orang-orang dengan difabel dan gangguan emosional.

Tampaknya pada Maret 2020, perdebatan tentang penggunaan perangkat kejut akhirnya akan berakhir. Badan Pengawas Makanan dan Obat-obatan AS (FDA) melarang mereka, mengatakan dalam rilis berita bahwa perangkat itu menyebabkan depresi, kecemasan, gangguan stres pascatrauma, nyeri, luka bakar, dan kerusakan jaringan.

Tapi demikian di Judge Rotenberd Center. Pada Juli 2021, pengadilan banding federal membatalkan keputusan tersebut, mengeklaim larangan itu tidak dalam wewenang FDA. Alhasil, penggunaan alat kejut listrik di Judge Rotenberg Center terus berlanjut tanpa henti.

Pada September, FDA diam-diam mengajukan banding. Sekarang, senator Chris Murphy dari Connecticut dan beberapa senator lainnya secara terbuka menyatakan dukungan mereka. Dalam surat yang dibagikan pertama kali dengan The 19th , Murphy memuji FDA dan Departemen Kehakiman karena memilih untuk mengajukan banding lagi. 

"Kami menghargai pembelaan Anda terhadap aturan (melarang perangkat kejut listrik) dan meminta Anda terus memprioritaskan perlindungan penyandang disabilitas dengan mengakhiri praktik berbahaya ini," tulisnya. 

Enam senator lain telah menandatangani, termasuk Senator Maggie Hassan dan Bob Casey, seperti dilansir di laman  //Insider//, Rabu (27/10).

Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan The 19th, Murphy menggambarkan penggunaan sengatan listrik sebagai sesuatu yang termasuk dalam tong sampah sejarah dan sesuatu yang tidak boleh dipraktikkan dalam pengobatan modern. Dia mengatakan, sedang mempertimbangkan undang-undang untuk mengatasi masalah ini. 

"Mungkin kami perlu menimbang secara definitif dan memberi FDA kekuatan untuk mengatur (perangkat kejut) atau melarangnya langsung," kata Murphy.

Beberapa orang tua siswa di Judge Rotenberg Center percaya bahwa perangkat kejut listrik ini adalah satu-satunya cara untuk menjaga anak-anak mereka tetap sehat dan aman. Mereka memuji sengatan listrik yang menyakitkan sebagai alternatif pengobatan psikiatri yang berlebihan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement