Ahad 24 Oct 2021 11:37 WIB

Besarkan Generasi Alfa Saat Pandemi

Generasi ini bisa dikatakan cukup unik dan memiliki karakternya tersendiri,

Mengasuh generasi alfa (ilustrasi)
Foto: Dok Eastspring Indonesia
Mengasuh generasi alfa (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Generasi alfa merupakan kelompok generasi yang lahir pada tahun 2010-2025. Kelompok generasi ini bisa dikatakan cukup unik dan memiliki karakternya tersendiri, karena orang tua masa kini yang sangat akrab dengan penggunaan gawai secara tidak langsung telah memperkenalkan gawai kepada anak sejak dini. 

Lalu, bagaimana menjawab tantangan dalam membesarkan generasi alfa dengan tepat terlebih di masa pandemi ini? Menurut dr I Gusti Ayu Nyoman Partiwi SpA., MARS,  Spesialis Anak di RSIA Bunda Jakarta, untuk menjalani proses tumbuh kembang yang optimal, pada dasarnya orang tua harus bisa memberikan asuh, asih, dan asah yang baik untuk semua anak di semua generasi tanpa terkecuali. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan anak tidak akan berubah, kapan pun atau di masa apa pun anak itu lahir.

“Sebagai orang tua, kita harus mempersiapkan dan memperhatikan kebutuhan anak untuk berkembang dengan baik (asuh) dengan memperhatikan nutrisi sejak awal kehamilan, memberikan ASI eksklusif untuk pertumbuhan anak lebih baik serta memberikan vaksin sesuai jadwalnya untuk menjaga kesehatannya,'' ujar spesialis anak yang akrab disapa dokter Tiwi itu dalam keterangan pers yang diterima Republika, Jumat (22/10). 

Selain itu, lanjut dia, kita juga harus memberikan stimulasi (asah) yang dilakukan secara terus menerus dengan memastikan kesiapan anak, agar perkembangan otaknya bisa lebih kompleks. ''Kami menganjurkan agar orang tua bisa terus melatih anak untuk melakukan segala sesuatu secara mandiri dan semua hal itu tentunya dilakukan dengan kasih (asih) tanpa paksaan,” jelas dr Tiwi.

Lebih lanjut, Tiwi juga menjelaskan bahwa tiga tahun pertama perkembangan otak itu sangat efisien dan sensitif, sehingga lebih baik distimulasi dengan pembelajaran bahasa serta interaksi agar lebih optimal. 

Namun, saat ini banyak sekali orang tua yang memanfaatkan gawai dalam perkembangan anak padahal sesungguhnya hal itu sangat tidak direkomendasikan karena akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan si kecil. “Kami melihat karakter orang tua masa kini yang akrab dengan penggunaan electronic device bersama si kecil harus menyadari bahwa pada periode dini usia 0-2 tahun, anak bukan hanya cukup didisiplinkan dengan screen time, tapi memang tidak diperkenankan menggunakan gadget sama sekali,'' kata dia.

Kecuali, lanjutnya, apabila setelah dua tahun perkembangannya bagus, seperti sudah lancar berbicara, beraktivitas, mungkin bisa dilatih dengan hanya membolehkan akses menonton TV selama satu jam saja. 

Menurut Tiwi, gawai harus dihindari sejak dini bukan karena radiasinya, namun peranti ini bisa merusak perkembangan otak anak karena si kecil akan menjadi lebih tertarik dengan cahaya sehingga bisa mengakibatkan hiperaktif dan kesulitan berbicara, apalagi jika diajak berinteraksi. ''Ini yang harus menjadi perhatian utama bagi para orang tua, termasuk hindari bermain gadget saat hendak tidur, hal itu bisa membuat gangguan tidur terutama pada anak karena tingginya paparan cahaya di sekitarnya,” tambah dr Tiwi. 

Untuk itu, interaksi antara orang tua dan anak sangat penting untuk pola pengasuhan anak sejak dini serta perkembangan kestabilan emosi anak. Dengan demikian, anak bisa lebih bertumbuh dan berkembang dengan optimal tanpa tergantung oleh teknologi. 

Membesarkan buah hati di masa pandemi boleh dibilang menghadirkan tantangan tersendiri. Hal ini pula yang menjadi kepedulian Baby Happy terhadap seluruh keluarga Indonesia agar dapat mencetak generasi penerus bangsa yang kuat dan bahagia. 

Lewat rangkaian CSR “Baby Happy, Keluarga Happy”, Baby Happy kali ini menyalurkan bantuan berupa popok sekali pakai secara bertahap ke beberapa yayasan dan rumah singgah anak di Indonesia sejumlah 175 ribu popok. Pada tahun ini Baby Happy telah mendonasikan 500 ribu popok bagi bayi dan balita di Indonesia.

Mereka juga mengadakan ajang pertemuan virtual dengan menggandeng beberapa pakar kesehatan serta psikolog untuk berbagi pola asuh masa kini yang tepat dan disesuaikan dengan tantangan yang ada.

“Kehadiran rangkaian kegiatan “Baby Happy, Keluarga Happy” di tengah pandemi ini merupakan wujud nyata dukungan serta kepedulian kami bagi keluarga dan anak-anak Indonesia. Kami percaya bahwa semua hal yang berkualitas harus dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat, tanpa terkecuali,'' ujar Julie Widyawati, Marketing Manager Baby Happy (Wings Group Indonesia).

sumber : Rilis pers
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement