Dilansir Times Now News pada Jumat (22/10), pendiri dan kepala ilmuwan CanSinoBIO, Zhu Tao, mengutip penelitian sebelumnya yang dilakukan di Turki. Datanya menunjukkan dosis booster vaksin mRNA dapat meningkatkan antibodi penetralisir sekitar 25 kali lipat dibandingkan dengan dosis booster vaksin inaktif setelah pemberian dosis lengkap vaksin inaktif.
Vaksin mRNA banyak digunakan di negara-negara Barat sebagai booster. Vaksinnya disuntikkan setelah pemberian dua dosis vaksin inaktif.
Uji klinis serupa dilakukan oleh para peneliti AS pada rejimen suntikan penguat heterolog dengan tiga vaksin yang disetujui, satu vaksin berbasis adenovirus oleh Johnson & Johnson dan dua vaksin mRNA oleh Moderna dan Pfizer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rejimen heterolog meningkatkan kekebalan.
Laporan penelitian yang diterbitkan baru-baru ini di server pracetak medRvix (yang belum ditinjau oleh rekan sejawat) menyebut, dosis penguat homolog meningkatkan titer antibodi penetralisir 4,2 hingga 20 kali lipat. Sementara itu, dosis penguat heterolog meningkatkan titer 6,2 hingga 76 kali lipat.
Menurut media lokal, sejauh ini, setidaknya ada 13 provinsi dan wilayah di China, seperti provinsi Anhui dan Fujian di China Timur, dan Provinsi Hubei di China Tengah, telah memprakarsai program untuk meningkatkan kekebalan penduduk terhadap Covid-19 dengan pemberian vaksin heterolog.