Rabu 20 Oct 2021 20:44 WIB

Satu dari Tiga Pekerja Musik di Inggris Kehilangan Pekerjaan

Sekitar 69 ribu pekerjaan di bidang musik berkurang pada 2020 dibandingkan pada 2019.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Qommarria Rostanti
Satu dari tiga pekerja musik di Inggris kehilangan pekerjaan selama pandemi Covid-19 (ilustrasi).
Foto: Pixabay
Satu dari tiga pekerja musik di Inggris kehilangan pekerjaan selama pandemi Covid-19 (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Pandemi Covid-19 memiliki dampak di sejumlah bidang, termasuk bidang industri pertunjukan dan musik. Sebuah laporan dari badan yang menaungi pihak-pihak yang terlibat di industri musik yang disebut UK Music menyebut, satu dari tiga pekerja di industri musik kehilangan pekerjaan selama pandemi Covid-19.

Dilansir di laman BBC, Rabu (20/10), penelitian tersebut berjudul "This Is Music 2021" dan diterbitkan pada Selasa (19/10). Dalam penelitian itu, disebutkan sekitar 69 ribu pekerjaan di bidang musik berkurang pada 2020 dibandingkan pada 2019. Angka itu menunjukan penurunan sebanyak 35 persen karena dampak menghancurkan dari pandemi Covid-19.

Adanya laporan itu, disebut UK Music menjadi hal yang sangat disayangkan. Menurut UK Music, industri musik di Inggris sangat terpukul karena adanya pandemi ini. 

Beberapa komponen industri yang sangat terimbas antara lain musisi sendiri serta orang-orang yang bekerja di tempat dan studio rekaman. Menurut laporan itu pula disebutkan, pendapatan musik live pun mengalami penurunan sekitar 90 persen pada 2020. 

"Pencipta musik dan sektor musik live mengalami penurunan terbesar, mayoritas dari mereka yang bekerja di industri adalah wiraswasta, dan mereka sangat terpukul oleh Covid-19," tulis laporan tersebut. 

Selanjutnya, laporan itu juga mengatakan, banyak tenaga kerja di industri musik yang tidak memenuhi syarat untuk bisa mendapatkan dukungan dari skema cuti pemerintah. Hal ini mengakibatkan ribuan pencipta musik, kru dan lainnya meninggalkan industri untuk sektor lain. 

"Banyak yang masih berkomitmen untuk berkarir di musik, tetapi kebutuhan berarti mencari sumber pendapatan alternatif,” tulis laporan itu.

Tenaga kerja industri musik pun turun dari 197 ribu orang menjadi 128 ribu pada 2020 setelah tumbuh selama dekade sebelumnya. UK Music tidak dapat mengatakan berapa banyak dari pekerjaan itu yang telah kembali pada 2021 mengingat sebagian besar tempat sekarang kembali dibuka setelah pembatasan dicabut.

Pandemi membuat banyak tempat yang ditutup tahun lalu. Acara seperti Festival Glastonbury pun terpaksa dibatalkan. Akibatnya, tercatat pada penelitian tersebut, kontribusi industri musik terhadap ekonomi Inggris turun 46 persen dari 5,8 miliar poundsterling (Rp 113 triliun) pada 2019 menjadi 3,1 miliar poundsterling (Rp 60 triliun) pada 2020. 

UK Music meminta pemerintah untuk memperkenalkan langkah-langkah termasuk insentif pajak untuk membantu industri pulih. "18 bulan terakhir telah menjadi tantangan yang luar biasa bagi industri musik Inggris, dengan miliaran nilai sektor dihapus tetapi kami bertekad untuk melihat ke masa depan dan fokus pada pemulihan," kata Kepala Eksekutif UK Music, Jamie Njoku-Goodwin.

Dalam pengantar laporan tersebut, Menteri Kebudayaan Inggris, Nadine Dorries, mengatakan fokus pemerintah sejauh ini adalah pada penyelamatan dan pembukaan kembali. “Industri musik Inggris adalah salah satu aset nasional negara kami yang besar dan saya memberikan komitmen saya bahwa pemerintah akan terus mendukungnya di setiap langkah,” ujar Dorries. 

Dari pihak musisi, penyanyi Becky Hill, mengatakan dia telah menyaksikan orang-orang yang dekat dengannya menderita secara besar-besaran selama pandemi. Salah seorang rekannya bekerja di berbagai acara dan dia memulai festival Weekender barunya di Plymouth dan itu dimulai pada  2020. "Kami menaruh banyak uang ke dalamnya dan jelas mereka harus membatalkan dan mereka kehilangan segalanya," kata dia kepada Radio 1 Newsbeat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement