REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merilis laporan terbaru yang mengungkap setiap tahunnya terdapat sekitar dua juta kematian akibat kejadian terkait pekerjaan. Sekitar 19 persen kematian disebabkan cedera kerja dan 81 persen sisanya disebabkan oleh penyakit penyakit paru obstruktif kronik, strok, dan penyakit jantung iskemik.
Laporan tersebut juga mengungkap bahwa beban kerja dan waktu kerja yang tidak masuk akal bisa menyebabkan peningkatan kematian akibat penyakit jantung sebesar 41 persen dan peningkatan kematian akibat strok sebesar 19 persen. Itulah mengapa WHO dan ILO menyerukan upaya kolektif untuk lebih memperhatikan kesejahteraan, kesehatan dan keselamatan para pekerja.
Para pekerja juga berisiko mengalami burnout, apalagi di masa pandemi Covid-19. Burnout adalah suatu kondisi yang didefinisikan oleh kelelahan, stres, serta komplikasi kesehatan fisik dan mental lainnya yang mungkin dihadapi seseorang karena kelelahan tubuh dan pikiran.
Istilah ini diciptakan oleh seorang psikolog Jerman, Herbert Freudenberger yang pertama kali menyebut istilah tersebut dalam bukunya berjudul Burnout: The High Cost of High Achievement.
Meskipun ini bukan kondisi yang diakui secara medis, namun para ahli kesehatan mental telah mengakui pentingnya penanganan dan pengelolaan komplikasi ini secara menyeluruh karena bisa bisa berdampak pada kesehatan mental individu. Dilansir dari Times Now News, Kamis (14/10), berikut beberapa gejala umum dari burnout:
1. Kelelahan
Kelelahan adalah salah satu ciri utama yang terkait dengan burnout. Faktor-faktor seperti tekanan kerja dengan waktu dan beban kerja yang tidak masuk akal bisa menyebabkan kelelahan tubuh. Melakukan aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan untuk waktu yang lama tanpa istirahat yang cukup, juga dapat menyebabkan kelelahan fisik dan mental yang parah.
2. Hilangnya motivasi
Orang sering merasa seolah-olah berjalan terus-menerus tetapi tidak dapat mencapai tujuannya. Mungkin tidak ada tujuan dan semuanya hanyalah siklus monoton yang tidak pernah berakhir. Burnout dapat menyebabkan perubahan persepsi terhadap pekerjaan. Hal ini menyebabkan hilangnya motivasi untuk melanjutkan rutinitas pekerjaannya.
3. Berkurangnya produktivitas
Kurangnya motivasi dapat berdampak langsung pada produktivitas individu. Meskipun melakukan pekerjaan yang sama setiap hari dan menyadari seluk-beluknya, burnout dapat menyebabkan penurunan kuantitas dan kualitas pekerjaan.
4. Sering sakit
Apakah Anda sering menderita sakit kepala, nyeri tubuh, tekanan darah tinggi, kecemasan, dan ketidaknyamanan lainnya? Jika ya, Anda mungkin menderita burnout.
Burnout adalah konsekuensi dari stres berkepanjangan yang dapat menyebabkan peningkatan kadar kortisol yang dapat memiliki efek buruk pada kesehatan. Hal ini dapat mengakibatkan berbagai komplikasi kesehatan seperti kenaikan berat badan yang tidak sehat, hipertensi, diabetes tipe 2, dan banyak lagi.
5. Distres emosional yang berkepanjangan
Kelelahan, stres, dan kemonotonan yang diinduksi mungkin membuat seseorang masuk dalam keadaan tekanan emosional yang terus-menerus. Ini dapat memengaruhi kesehatan mental karena dapat menyebabkan perubahan perilaku, lekas marah, dan depresi.
Lalu bagaimana cara untuk menanganinya? Anda bisa mengatasi burnout dengan istirahat dan tidur yang cukup, tidak menghindari masalah dan mengkomunikasikan dengan atasan, rutin berolahraga atau bermeditasi, luangkan waktu untuk diri sendiri, serta jangan ragu untuk mencari bantuan orang lain entah itu rekan kerja, keluarga, maupun medis.