REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para penyintas COVID-19 dilaporkan memiliki kemungkinan menghadapi risiko lebih tinggi untuk masalah jantung serius satu tahun setelah infeksi. Risiko ini bahkan dapat terjadi pada penyintas gejala ringan yang tidak memerlukan rawat inap.
Studi terbaru yang dilaporkan Kamis (7/10) menemukan bahwa pasien yang tidak dirawat di rumah sakit memiliki 39 persen peningkatan risiko gagal jantung dibandingkan dengan seseorang yang tidak pernah terinfeksi COVID-19. Risiko meningkat seiring dengan tingkat keparahan infeksi.
Direktur Pusat Epidemiologi Klinis di Sistem Perawatan Kesehatan St. Louis Urusan Veteran, Ziyad Al-Aly, menyebutkan, efek samping ini bersifat substansial. "Pemerintah dan sistem kesehatan harus sadar akan kenyataan bahwa COVID akan memberikan bayang-bayang tinggi dalam bentuk COVID yang berkepanjangan, dan memiliki konsekuensi yang menghancurkan. Saya khawatir kita tidak menganggap ini cukup serius," kata Al- Aly, dilansir di Fox News, Jumat (8/10).
Universitas Johns Hopkins juga mengunggah di laman situsnya bahwa tes darah menunjukkan beberapa pasien COVID-19 memiliki peningkatan kadar troponin dalam darah. Ini merupakan indikator kerusakan jaringan jantung. Penelitian ini juga diterbitkan dalam jurnal Nature.