REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penulis-sutradara serial hit Netflix Squid Game Hwang Dong-hyuk bercerita soal kesuksesan serial tersebut. Dia mengatakan Squid Game pertama kali digagas pada 2008, ketika dia berjuang dengan kesulitan keuangan.
Saat membaca banyak film genre survival, novel dan kartun, seperti The Hunger Games dan Battle Royale, Hwang bertanya-tanya bagaimana jika dia berpartisipasi dalam permainan hidup dan mati itu, atau dia menjadi pembawa acaranya?
"Saya pikir 'Squid Game' berbagi kerangka kerja dan beberapa alat stereotip dramatis dengan pertunjukan bertahan hidup sebelumnya. Tapi konten dan narasinya berbeda dari mereka,” kata Hwang, dilansir dari Yonhap.
Dia mengatakan dia ingin menulis sebuah alegori atau fabel tentang masyarakat kapitalis modern yang memojokkan semakin banyak orang ke dalam kompetisi ekstrem yang dirancang oleh sekelompok pelindung kaya yang tidak manusiawi. Rancangan skenario Hwang dari Squid Game pertama kali ditulis untuk sebuah film fitur sekitar satu dekade lalu, tetapi ditolak oleh investor lokal dan studio produksi, dengan alasan kekerasan dan sensasionalisme.
Sekitar dua tahun lalu, Hwang bertemu Netflix, yang telah meningkatkan investasi dalam konten Korea Selatan. Kemudian, Hwang memutuskan untuk membuat seri asli sembilan bagian itu. Namun, tidak mudah untuk mengarahkan proyek yang begitu panjang dengan total waktu berjalan delapan jam, bahkan untuk pembuat film yang produktif.
"Saya seorang sutradara film yang terbiasa membuat film berdurasi dua jam. Sangat sulit untuk membuat serial berdurasi delapan jam," ujar Hwang, yang kehilangan enam gigi saat syuting Squid Game itu.
Namun, Hwang menyadari bahwa serial TV bisa lebih berpengaruh daripada film, karena menarik perhatian pemirsa di layar dengan cara yang lebih dalam dan lama. Tentang meningkatnya permintaan untuk musim kedua, Hwang mengatakan dia sekarang tidak memiliki rencana rinci tetapi tetap terbuka untuk kemungkinan itu.