REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasien dengan riwayat penyakit kardiovaskular khususnya stroke iskemik (thrombo-embolic stroke) membutuhkan pemantauan irama jantung secara berkesinambungan. Namun, gangguan ini sering kali tidak terdeteksi melalui pemeriksaan sesaat atau bahkan dengan modalitas yang ada saat ini.
"Itu terjadi karena ada keterbatasan waktu rekam, harga yang mahal, serta tindakan yang invasif," ungkap dr. Hermawan, Sp.JP(K)-FIHA, dalam siaran pers, Kamis (30/9).
Oleh karena itu, menurut dr. Hermawan, pemantauan kesehatan jarak jauh atau tele-health monitoring dapat menjadi alternatif melawan keterbatasan ini. Caranya ialah dengan menggunakan alat yang terpasang (handheld device) berbasis Internet of Things (IoT).
"Mungkin dapat menjadi alternatif jangka panjang yang tidak terbatas (indefinite) dalam mendeteksi adanya gangguan irama jantung, seperti fibrilasi atrium, yang telah diketahui meningkatkan risiko stroke iskemik hingga empat kali lipat," tutur dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Rumah Sakit Universitas Indonesia ini.