Rabu 29 Sep 2021 20:59 WIB

'Berkeluarga dan Punya Anak Butuh Persiapan Psikologis'

Perencanaan menjadi faktor penting dalam berkeluarga

Rep: Rr Laeny Sulistyawati / Red: Nashih Nashrullah
Perencanaan menjadi faktor penting dalam berkeluarga. Ilustrasi berkeluaga
Foto: ANTARA / Irwansyah Putra
Perencanaan menjadi faktor penting dalam berkeluarga. Ilustrasi berkeluaga

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Seringkali pasangan yang kemudian menikah namun tidak merencanakan keluarga mengalami kebobolan dan akhirnya memiliki anak tanpa persiapan. 

Psikolog, Inez Kristanti, meminta pasangan kekasih memiliki persiapan psikologis untuk merencanakan keluarga, termasuk buah hati ketika telah menikah.  

Baca Juga

"Dari segi psikologi kita merencanakan keluarga juga membutuhkan persiapan psikologis juga, kita tahu ingin punya anak berapa. Jadi, bukan hanya persiapan pernikahan yang butuh persiapan psikologis melainkan juga memiliki anak juga memerlukan kesiapan psikologis," kata Inez saat berbicara dikonferensi virtual FMB 9 bertema Dialog Produktif Rabu Program Keluarga Berencana di Masa Covid-19, Rabu (29/9).

Dia menambahkan, ada baiknya pasangan bisa merencanakan kapan akan memiliki anak atau memutuskan memiliki anak atau tidak hingga berapa jumlahnya. 

Dia meminta itu semua sudah dipertimbangkan, termasuk kesiapan psikologis dan juga finansialnya. 

Dia menyatakan, berbicara perencanaan terkait keluarga sangat penting dari segi psikologis. Sebelum menjalani rumah tangga butuh persiapan dari sisi fisik dengan menjalani medical check up atau mempersiapkan psikologis konseling sebelum menikah.

"Artinya dari berbagai sisi perlu siap. Karena orang tua yang siap juga membantu menjadi lebih baik dan akhirnya bisa mendidik anak dengan lebih baik," ujarnya.

Dia menambahkan, jika telah memiliki persiapan yang matang kemudian pasangan suami istri juga bisa lebih bahagia dalam menjalani pernikahan menjadi orang tua. 

Oleh karena itu, dia meminta persiapan ini bisa dibicarakan sebelum menikah karena bisa mengecek keselarasan perencanaan diri dan visi misi diri sensiri dengan pasangan. Sehingga, kemungkinan buruk bisa diantisipasi lebih baik. 

"Kita memiliki lebih banyak pilihan tentang yang bisa dilakukan terkait hubungan kita dengan pasangan," katanya.   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement