REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama ini usia paruh baya dikaitkan dengan potensi kenaikan berat badan. Namun sebuah studi baru di The Lancet Diabetes & Endocrinology menunjukkan risiko tertinggi kenaikan berat badan terjadi antara usia 18 hingga 24 tahun.
Para peneliti melihat catatan kesehatan anonim untuk lebih dari dua juta orang dewasa di Inggris, termasuk perubahan berat badan dan indeks massa tubuh selama dua dekade. Mereka juga menilai dampak variabel lain pada berat badan seperti jenis kelamin, wilayah geografis, etnis, dan status sosial ekonomi.
Dilansir di laman Eat This Not That pada Selasa (15/9), ternyata usia adalah faktor risiko terbesar itu sendiri, terlepas dari variabel lainnya. Orang-orang dalam kelompok usia tersebut empat kali lebih mungkin mengalami kelebihan berat badan atau mengalami obesitas dibandingkan mereka yang berusia 65 hingga 74 tahun.
Yang juga mengejutkan adalah bahwa risiko terendah di antara kelompok usia tersebut adalah usia paruh baya, dari 55 hingga 64 tahun. Mengapa orang dewasa sangat rentan terhadap penurunan berat badan? Para peneliti menyarankan itu karena perubahan hidup yang signifikan selama waktu itu.
"Ketika Anda berpikir tentang apa yang terjadi pada kelompok usia ini, mereka membuat perubahan besar yang mungkin memengaruhi banyak aspek kehidupan mereka," kata rekan penulis studi Claudia Langenberg, MD, Ph.D.
"Mereka meninggalkan rumah untuk pertama kali, atau mereka mulai bekerja atau pergi ke universitas. Kebiasaan yang mereka bentuk saat ini terjadi mungkin akan melekat pada mereka hingga dewasa," ujarnya.
Kabar baiknya adalah bahwa kesempatan untuk mengubah penambahan berat badan paling besar pada individu yang masih muda dan belum mengalami obesitas. Misalnya, orang-orang dalam penelitian yang paling sulit mempertahankan berat badan yang mereka peroleh adalah orang-orang berusia 35 hingga 54 tahun. Jadi jika orang dewasa muda meningkatkan berat badan, itu tidak berarti mereka terjebak dengan itu selamanya.
"Dengan menyesuaikan pesan kesehatan masyarakat dan membuat orang lebih sadar bahwa mereka berisiko lebih tinggi, mungkin membantu untuk mengatur ulang beberapa kebiasaan baru itu," catat Langenberg.
"Penting untuk mengatasi ini sedini mungkin karena konsekuensi kesehatan jangka panjang dari obesitas dan penambahan berat badan," ujarnya.
"Itu termasuk penyakit kardiovaskular dan diabetes tipe 2, yang mungkin terjadi beberapa dekade kemudian, pada usia paruh baya dan lebih tua," kata dia.
Selain mengubah kebiasaan makan dan olahraga, orang dewasa muda mungkin ingin fokus pada perilaku lain yang memengaruhi penambahan berat badan, seperti stres, tidur, dan bersosialisasi. Menetapkan kebiasaan yang lebih baik ketika masih muda dapat membantu Anda menuju masa depan yang lebih sehat.