Jumat 03 Sep 2021 06:37 WIB

Dokter Jawab 3 Pertanyaan Soal Anak Kembali ke Sekolah

Sebagian anak ke sekolah saat varian delta menyebar, penyakit lain masih membayangi.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Reiny Dwinanda
Murid SDN 04 Tambakaji kembali ke sekolah guna mengikuti pembelajaran secara tatap muka terbatas, Rabu (1/9).
Foto: dok. Istimewa
Murid SDN 04 Tambakaji kembali ke sekolah guna mengikuti pembelajaran secara tatap muka terbatas, Rabu (1/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah 1,5 tahun belajar di rumah akibat pandemi Covid-19, jutaan anak akan kembali ke ruang kelas.  Sementara banyak orang tua senang untuk kembali ke rasa normal, varian delta, gelombang pilek, dan infeksi pernapasan umum yang menyebar melalui sekolah juga menyebabkan rasa cemas.

Dokter anak di Northbrook, Illinois, AS, Natalya Vernovsky mengungkapkan ada tiga pertanyaan yang sering diajukan orang tua menjelang pembelajaran secara tatap muka. Berikut penjelasannya, dilansir Insider, Kamis (2/9):

Baca Juga

1. Covid-19 atau pilek?

Covid-19 dapat muncul pada anak-anak dengan berbagai gejala, yang sebagian besar identik dengan selesma, termasuk demam ringan, pilek, sakit tenggorokan, sakit kepala, batuk, dan masalah pencernaan. Seorang anak dapat memiliki kombinasi gejala apa pun atau malah tidak sama sekali.

Hilangnya kemampuan indra pengecap dan penciuman tidak biasa terjadi pada anak-anak, terutama yang lebih muda. Sebagian besar orang tua ingin mengetahui satu hal spesifik yang dapat membedakan Covid-19 dengan selesma atau infeksi saluran pernapasan atas lainnya. Persoalannya, jarang ada perbedaan gejalanya.

Selesma alias pilek akan berlangsung sekitar tujuh  sampai 10 hari. Anak bisa pulih lebih cepat jika terhidrasinya terjaga, mendapatkan vitamin dan mineral yang tepat, dan cukup tidur.

Satu-satunya gejala unik yang terlihat pada beberapa anak dan remaja dengan Covid-19 adalah "Covid toes", yakni lesi kulit seperti memar, terutama pada jari kaki.

"Ini agak jarang, dan tidak adanya penampakan 'jari kaki Covid' tidak mengesampingkan diagnosis positif," ujar Dr. Vernovsky.

Baca juga : Studi: Dua Dosis Vaksin Bisa Tekan Risiko Long Covid

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement