REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persetujuan Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) terhadap penggunaan jenama vaksin tertentu dianggap memengaruhi proses vaksinasi. Itu menyebabkan warga yang belum divaksin cenderung lebih bersedia mendapatkannya.
Meski sains sudah membuktikan efektivitas vaksin Covid-19, masih ada sebagian orang yang terus menentang vaksin. Terlepas dari tingkat kepercayaan tinggi di antara pejabat kebijakan dan pakar kesehatan masyarakat, jumlah orang yang divaksin masih belum memadai.
Dokter Irwin Redlener sekaligus analis kesehatan masyarakat NBC menyampaikan, sekitar 70 juta orang dewasa di AS belum divaksinasi. Sementara, hampir 50 juta anak di bawah usia 12 tahun di negara tersebut belum memenuhi syarat untuk vaksin.
Dia mengutip survei baru dari Kaiser Family Foundation. Jajak pendapat menemukan bahwa sepertiga orang yang tidak divaksinasi di AS mengatakan mereka cenderung lebih bersedia mendapatkannya jika vaksin telah menerima persetujuan penuh.
Per Senin (23/8), FDA mengumumkan bahwa vaksin Pfizer-BioNTech mendapat persetujuan formal penuh untuk siapa pun yang berusia 16 tahun atau lebih. Dengan begitu, mereka yang masih menunda vaksin punya lebih sedikit alasan untuk menolak disuntik.
Baca juga : Empat Industri Farmasi Transfer Teknologi Vaksin ke RI
"Sekarang kita dapat menyaksikan kemajuan pesat dalam meningkatkan angka vaksinasi di negara ini. Agaknya, banyak orang akan lega mengetahui bahwa pemerintah federal sepenuhnya yakin akan efektivitas dan keamanan vaksin," kata Redlener.
Bahkan jika langkah FDA tidak mengubah pendirian para penentang vaksin, masih ada jalan menambah angka vaksinasi. Menurut Redlener, itu akan membuka jalan bagi lebih banyak institusi untuk mengamanatkan penggunaannya.
Dia menjelaskan bahwa persetujuan penuh punya dampak signifikan. Mengingat, untuk mendapatkan standar itu perlu pemantauan efek samping yang lebih ketat dan lebih lama, serta analisis kemanjuran yang jauh lebih banyak daripada penggunaan darurat.
Peneliti senior di Earth Institute, Columbia University, tersebut merujuk pada upaya tim ilmuwan FDA yang meninjau ratusan ribu halaman data vaksin. Data juga dihimpun dari sekitar 40 ribu peserta dalam uji coba manusia untuk menjamin persetujuan penuh.
Semua itu menjadi garansi standar keamanan sekaligus menegaskan kembali bahwa vaksin yang diuji memang efektif dalam mencegah Covid-19. Dengan persetujuan penuh, warga yang mengkhawatirkan keamanan vaksin akan merasa diyakinkan.
Profesor klinis pediatri di Albert Einstein College of Medicine itu berpendapat, keputusan FDA yang baru dapat mempercepat penyerapan vaksin melalui tiga cara utama. Pertama, meredakan kecemasan masyarakat yang ragu akan keamanan vaksin.
Baca juga : Panglima TNI tak Pakai Booster Vaksin, tapi dengan Secretome
Kedua, ada harapan penentang vaksin berubah pikiran. Sebagian dari mereka mungkin takut bahwa mendapatkan vaksinasi dapat membuat seseorang menjadi magnetis atau percaya dengan hoaks tentang microchip yang ditanam saat vaksinasi.
Dengan persetujuan penuh dari FDA, ribuan perusahaan, universitas, organisasi, fasilitas ritel, sistem perawatan kesehatan, dan lainnya akan siap menerapkan mandat bagi orang yang memasuki tempat mereka.
Redlener menjabarkan dampak ketiga, yakni kemungkinan mewajibkan vaksinasi di sejumlah negara bagian secara hukum. Sekarang mungkin Utah, Texas, dan Ohio bisa mengizinkan yurisdiksi lokal melakukan apa pun untuk melindungi penduduknya.
"Seharusnya tidak ada keraguan bahwa persetujuan vaksin baru adalah langkah maju yang besar dalam membuat lebih banyak orang divaksinasi," ungkapnya, dikutip dari laman NBC News, Kamis (26/8).