Rabu 18 Aug 2021 14:51 WIB

Psikolog: Orang tak Percaya Covid-19 Cenderung Kurang Kritis

Apa yang harus dilakukan jika ada orang yang tak percaya Covid-19?

Tangkapan layar hoaks akun mengatakan vaksin Covid-19 Sinovac telah dibuat sebelum terjadi pandemi (Twitter). Masih ada saja orang yang meyakini Covid-19 terjadi karena konspirasi.
Foto: Antara
Tangkapan layar hoaks akun mengatakan vaksin Covid-19 Sinovac telah dibuat sebelum terjadi pandemi (Twitter). Masih ada saja orang yang meyakini Covid-19 terjadi karena konspirasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada saja orang yang tak percaya akan Covid-19 meskipun wabahnya telah melanda dunia sejak Desember 2019 dan yang jatuh sakit maupun meninggal di sekitarnya pun tidak sedikit. Menurut psikolog Rininda Mutia, mereka yang tidak percaya tentang Covid-19 biasanya punya cara berpikir yang kurang kritis.

"Mereka sangat mudah menerima informasi baru, mendapatkan sugesti yang tergantung dari lingkungan pergaulannya. Kalau dia tergabung dalam grup Whatsapp yang tidak percaya Covid-19 dan banyak informasi tidak benar, mereka akan percaya," tutur Rininda kepada Antara.

Baca Juga

Ada berbagai alasan di balik rasa tidak percaya atas virus yang membuat kehidupan berubah drastis selama hampir dua tahun belakangan. Salah satunya karena orang lebih percaya terhadap teori konspirasi.

 
Rininda menjelaskan, orang-orang yang terlalu banyak terpapar hoaks tapi tidak dibarengi dengan cara berpikir kritis bisa ikut termakan informasi yang tidak benar. Pada akhirnya, mereka memercayai bahwa Covid-19 tidak ada meski faktanya virus ini telah membuat banyak sekali orang masuk rumah sakit hingga terenggut nyawanya.
 
Oleh karena itu, Rininda menyarankan untuk pilih-pilih pergaulan yang tepat agar informasi yang diberikan oleh lingkaran pertemanan berasal dari sumber yang terpercaya, bukan rumor semata. Jika perlu, tidak perlu masuk grup Whatsapp yang terlalu sering berbagi informasi yang kebenarannya tidak bisa dipertanggungjawabkan.
 
photo
Tiga hoaks soal vaksinasi Covid-19 - (Republika)
 
Alasan lain seseorang tidak percaya Covid-19 adalah rasa takut dan khawatir. Hal itu kemudian berujung kepada penyangkalan.
 
 
"Itu adalah salah satu pertahanan diri manusia, ketika dia merasa ada sesuatu yang lebih besar dari dia, tapi dia tidak siap menghadapinya, jadi dia menyangkal bahwa Covid-19 tidak ada," jelas psikolog dari Universitas Indonesia.
 
Rininda mengungkapkan, penyangkalan terjadi karena seseorang tidak siap menghadapi kenyataan bahwa ada hal yang berbahaya di hadapannya. Dengan menolak menerima kenyataan, seseorang menganggap dirinya akan merasa tenang. Padahal, jauh di lubuk hati, ketenangan itu sebetulnya sedang bergejolak.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement