Kamis 05 Aug 2021 22:30 WIB

Bruxism Meningkat Semasa Pandemi, Anda Juga Mengalaminya?

Bruxism ditandai dengan menggeretakkan gigi hingga muncul masalah gigi dan rahang.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Reiny Dwinanda
Pemeriksaan gigi (Ilustrasi). Kasus bruxism meningkat sejak pandemi Covid-19. Bruxism dapat menyebabkan sakit rahang, sakit gigi, gigi patah, atau terkelupas.
Foto: Rivan Awal Lingga/ANTARA FOTO
Pemeriksaan gigi (Ilustrasi). Kasus bruxism meningkat sejak pandemi Covid-19. Bruxism dapat menyebabkan sakit rahang, sakit gigi, gigi patah, atau terkelupas.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Isolasi mandiri dan karantina wilayah membuat banyak orang harus berada di rumah saja dan mungkin menunda untuk pergi ke dokter gigi. Para dokter gigi di New York City, Amerika Serikat menyebut, bruxism atau gejala menggertakan gigi dalam kondisi rahang terkatup mengalami peningkatan selama pandemi.

"Sejak pandemi, pasien datang kepada saya dengan keluhan baru, seperti sakit rahang, sakit gigi, gigi patah, atau gigi terkelupas, atau hanya karena pasangannya memberi tahu bahwa mereka telah menggertakkan gigi," ujar seorang dokter gigi keluarga di New York City, Dr Saul Pressner, dikutip dari laman ABC News, Kamis (5/8).

Baca Juga

Menurut Pressner, jumlah pasien yang mengeluhkan bruxism belum pernah sebanyak ini. Menggertakkan gigi memang masalah umum, namun Pressner belakangan jadi makin sering merawat orang dewasa yang masalah giginya masih baru.

Menurut Pressner, kasus bruxism meningkat pada dua kelompok. Bukan cuma orang-orang sejak lama telah mengalaminya yang datang kepadanya, yang baru-baru ini menderita bruxism juga.

Penyebab bruxism sebagian besar masih belum diketahui. Beberapa ahli meyakini perilaku ini terkait dengan pola dan proses tidur di dalam sistem saraf pusat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement