REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kebijakan kerja dari rumah diambil sebagian besar instansi guna mengurangi penularan covid-19. Namun, terlalu lama menjalankan kerja dari rumah atau work from home (WFH) saat pandemi dapat menyebabkan tidak sedikit pekerja mengalami kebosanan, bahkan stres.
"Ada banyak faktor yang mempengaruhi seseorang merasakan stres saat WfH," kata Sutarimah, Senin (26/7).
Salah satunya faktor pekerjaan itu sendiri karena ada pekerjaan yang sifatnya sangat fleksibel dan bisa dikerjakan dari mana saja. Namun, ada yang agak sulit atau kurang memberikan rasa nyaman maupun kepuasan jika dikerjakan dari rumah.
Hal ini sangat berpotensi menimbulkan stres pada pekerja. Selain itu, faktor personal seperti kondisi keluarga yang membuat WfH menjadi kurang nyaman. Misalnya, memiliki anak kecil atau ada gangguan dari keluarga dan lain-lain.
"Bisa juga ada tipe kepribadian atau karakter tertentu yang menyukai bekerja di situasi formal atau menyukai bekerja saat bersama rekan kerja secara fisik," ujar Sutarimah.
Dosen Fakultas Psikologi UGM ini melihat, faktor pendukung juga turut andil memunculkan stres saat WfH. Misalnya, keterbatasan akses internet, tempat yang kurang memadai, atau keterbatasan peralatan pendukung pekerjaan dan lainnya.
Di luar faktor-faktor tersebut, WfH memang cenderung membuat variasi aktivitas terbatas. Selain interaksi sosial berkurang, kata Sutamirah, ada stimulus-stimulus lain yang menyebabkan stres di luar WfH seperti terkait pandemi covid.
Menurut Sutamirah, ada beberapa langkah yang secara umum bisa dilakukan agar bisa mengantisipasi tidak stres saat bekerja dari rumah. Mulai membangun suasana nyaman menjalani bekerja dari rumah, dan memperjelas batasan antar aktivitas.
Misal, antara bekerja dan mengurus keperluan keluarga, serta dengan aktivitas memanfaatkan waktu luang. Yang dapat dilakukan menetapkan waktu atau jadwal untuk bekerja dan jika perlu komunikasi dengan keluarga terkait jadwal itu.
Usahakan untuk tetap terhubung dengan lingkungan sosial. Sempatkan diri saling menyapa, termasuk dengan kolega kerja dan sesekali bicarakan sesuatu di luar pekerjaan. Tidak kalah penting, beri waktu bagi tubuh dan otak istirahat.
"Selain itu, juga berolahraga," kata Sutamirah.