Sabtu 24 Jul 2021 06:35 WIB

Terinfeksi Dua Varian Covid-19 dalam Waktu Bersamaan

Respons imun juga memainkan peran dalam menentukan risiko koinfeksi.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Pemeriksaan darah (Ilustrasi). Koinfeksi virus-virus saluran pernapasan pada dasarnya merupakan hal yang biasa terjadi, termasuk pada virus penyebab Covid-19.
Foto: Antara/Arif Firmansyah
Pemeriksaan darah (Ilustrasi). Koinfeksi virus-virus saluran pernapasan pada dasarnya merupakan hal yang biasa terjadi, termasuk pada virus penyebab Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- India baru saja mendeteksi kasus pertama di mana pasien terinfeksi oleh dua varian Covid-19 yang berbeda di waktu yang bersamaan. Kondisi ini dikenal sebagai kasus koinfeksi.

Pasien yang merupakan seorang dokter asal Assam tersebut memiliki riwayat vaksinasi lengkap. Berdasarkan laporan. Dokter tersebut terinfeksi oleh varian alfa dan delta. Kasus koinfeksi serupa juga telah ditemukan sebelumnya di Inggris, Brasil, dan Portugal.

Baca Juga

Koinfeksi virus-virus saluran pernapasan pada dasarnya merupakan hal yang biasa terjadi. Virus RNA seperti influenza dan respiratory syncytial virus (RSV) atau parainfluenza diketahui kerap memicu koinfeksi.

Secara umum, sifat virus yang terus bermutasi dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya koinfeksi. Oleh karena itu, dalam kasus Covid-19, mutan virus SARS-CoV-2 dapat memunculkan risiko koinfeksi yang lebih besar. Namun untuk saat ini, kasus koinfeksi dengan dua varian Covid-19 masih tergolong sebagai kasus yang langka.

"Delta dan alfa merupakan dua (varian) yang lebih menular," ungkap dokter konsultan ilmu penyakit dalam spesialis diabetes dari Columbia Asia Hospital Dr Vichar Nigam, seperti dilansir Indian Express, dikutip Jumat (23/7).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement