REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Banyak orang menyukai film horor psikologis. Cukup menarik merasakan ketakutan sekaligus berpikir keras tentang apa yang terjadi di film yang sedang ditonton itu?
Dari begitu banyak film horor psikologis, ada beberapa yang mendapat pujian kritis, atau hanya bagus, bahkan buruk. Dari sekuel yang tidak perlu, reboot, hingga kisah monster yang menggabungkan cerita asal penjahat horor, banyak pilihan film horor psikologis buruk, yang terkadang membuat Anda berpikir untuk membaca ringkasannya terlebih dahulu.
Tetap saja, terkadang yang terbaik adalah menghadapi situasi dengan persiapan sebaik mungkin. Dilansir di laman Gamespot, berikut lima film horor psikologis yang mungkin ingin Anda hindari:
1. The Happening
M Night Shyamalan menjadi meme selama bertahun-tahun karena twist-nya yang menarik dan akhir mengejutkan dari filmnya. Dalam horor psikologis yang benar-benar melewatkan topik, The Happening adalah pilihan utama. Anda jangan merasa lebih konyol dibandingkan tanaman yang membenci orang tertentu.
2. The Bye Bye Man
Orang mengatakan Anda tidak boleh menilau buku dari sampulnya. Laman Gamesport lantas menyampaikan rasa hormat untuk film yang memiliki judul konyol itu.
3. Brahms: The Boy II
Film The Boy sebenarnya cukup bagus, namun tidak demikian sekuelnya. Selain tidak masuk akal, sekuel dinilai tampaknya ingin "merusak" dan "mengacaukan" semua ide yang layak dari film pertama.
4. Slender Man
Anda akan berpikir dengan popularitas legenda urban internet Slender Man, serta kekayaan serial web gratis buatan amatir di Youtube, Hollywood akan merasa sangat termotivasi untuk melakukan segala upaya dalam membuat versi layar lebar dari monster tontonan itu. Sebaliknya, Slender Man merupakan film yang sebaiknya tidak ditonton, bukan karena alasan seram, hanya karena Anda bisa menghabiskan waktu untuk hal lain.
5. Goodnight Mommy
Trailer untuk yang satu ini memamerkan banyak potensi, misalnya anak laki-laki kembar menjadi yakin bahwa ibu mereka telah diculik oleh monster setelah menjalani operasi plastik ekstensif. Kenyataannya, akhirnya film ini menjadi karya yang membosankan melalui beberapa metafora yang dibuat-buat tentang kesedihan dan psikologi masa kanak-kanak yang disalahpahami.