REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa lonjakan kasus Covid-19 di berbagai wilayah dunia meningkatkan kemungkinan munculnya varian baru di masa mendatang. Bukan tak mungkin bila varian baru tersebut memiliki potensi yang berbahaya.
"Pandemi ini jauh dari selesai," jelas Kepala Komite Kedaruratan Covid-19 WHO Profesor Didier Houssin, seperti dilansir ABC News.
Di awal pandemi, SARS-CoV-2 hanya terdiri dari satu varian virus. Namun seiring dengan penyebarannya di dunia, virus ini bermutasi, memunculkan beragam varian-varian baru di mana sebagian di antaranya lebih mudah menular dibandingkan varian awal.
WHO mengatakan saat ini ada empat varian SARS-CoV-2 yang dilabeli sebagai variants of concern. Varian terbaru adalah varian delta yang pertama kali terdeteksi di India. Hingga saat ini, varian delta telah ditemukan di lebih dari 111 negara dan mendominasi 60 persen kasus Covid-19 di Amerika Serikat.
Seiring dengan terus menyebarnya virus SARS-CoV-2, varian-varian baru bisa bermunculan di masa depan. WHO memperingatkan bahwa sebagian dari varian-varian baru tersebut mungkin akan lebih menantang untuk dikendalikan.
"Virus (SARS-CoV-2) terus berevolusi, menghasilkan varian-varian yang lebih menular," tukas Direktur Jendral WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Vaksin merupakan salah satu perangkat terpenting untuk mencegah penyebaran varian-varian SARS-CoV-2 yang ada saat ini. Dengan menghambat penyebarannya, virus ini akan memiliki kesempatan yang lebih sedikit untuk berevolusi menjadi varian baru.
Sayangnya, banyak negara saat ini belum memiliki pasokan vaksin yang cukup. Secara global, hanya 25,8 persen populasi dunia yang minimal sudah menerima satu dosis vaksin Covid-19 menurut Global Change Data Lab dari University of Oxford.
WHO mendorong agar negara-negara yang lebih kaya untuk berbagi pasokan vaksin mereka ke negara-negara lain yang leih membutuhkan. WHO menekankan bahwa vaksinasi, yang dikombinasikan dengan penerapan protokol kesehatan seperti penggunaan masker hingga jaga jarak fisik, masih menjadi strategi yang paling efektif untuk melawan penyebaran varian-varian SARS-CoV-2.