Kegiatan investasi menjadi salah satu cara menjadikan fondasi keuangan kokoh dan stabil. Nilai uang yang disimpan dalam bentuk tabungan sering tergerus inflasi dengan mudah.
Kamu tentu paham bagaimana inflasi memengaruhi nilai uang, termasuk uang simpanan. Investasi berperan sebagai solusi untuk bisa mengatasi penggerusan inflasi yang terjadi.
Namun, bukan berarti semua instrumen investasi dapat mengatasi hal ini. Pemilihan instrumen investasi yang tepat sungguh akan memberikan dampak positif bagi keuangan.
Hal ini bahkan akan sangat memengaruhi keberhasilan dalam mengelola keuangan secara keseluruhan. Sebab semakin besar hasil investasi yang didapatkan, semakin besar pula kemungkinanmu bisa mengatasi besaran inflasi setiap tahunnya.
Baca Juga: Investasi Ini Paling Pas Buat Generasi Sandwich, Dijamin Anti Stres
Obligasi Negara Ritel (ORI): Di Atas Inflasi, Lebih Untung dari Deposito
Menjual ORI adalah Cara Negara Mengajak Masyarakat Membangun Negeri
Obligasi Negara Ritel (ORI) adalah salah satu instrumen investasi yang masih kalah populer ketimbang emas atau deposito. Padahal, investasi yang satu ini dapat memberikan return signifikan dibandingkan instrumen investasi lainnya.
Bagaimana tidak? ORI menawarkan bunga yang nilainya di atas besaran nilai inflasi, bahkan di atas bunga deposito. ORI adalah obligasi atau surat pernyataan utang yang diterbitkan negara sebagai pihak yang berutang untuk mendapatkan dana pinjaman dari masyarakat sebagai pihak peminjam.
Sejumlah dana ini kemudian akan digunakan pemerintah sebagai modal pembangunan terkait hajat hidup orang banyak. ORI memiliki tingkat keamanan yang cukup tinggi. Mengingat investasi yang satu ini memang diselenggarakan langsung oleh negara/pemerintah.
Cara Membeli ORI
Cara membeli ORI saat ini bisa online lewat e-SBN
Saat ini, membeli ORI dapat online melalui e-SBN. Ada 4 tahapan yang harus dilalui jika ingin membeli ORI di agen penjual atau mitra distribusi yang ditunjuk Kementerian Keuangan (Kemenkeu):
1. Registrasi
Proses pendaftaran calon investor melalui sistem elektronik yang disediakan oleh agen. Selanjutnya masukkan data-data antara lain, data diri, nomor SID (Single Investor Identification), nomor rekening dana, dan nomor rekening surat berharga.
Calon investor yang belum memiliki nomor SID, rekening dana, dan/atau rekening surat berharga, akan dibantu oleh agen. SID adalah kode tunggal dan khusus yang diterbitkan oleh Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) sebagai lembaga penyimpanan dan penyelesaian.
2. Pemesanan
Setelah registrasi berhasil, calon investor melakukan pemesanan ORI dengan sebelumnya membaca ketentuan dalam memorandum informasi. Pemesanan hanya dapat dilakukan pada saat masa penawaran ORI.
3. Pembayaran
Setelah pemesanan diverifikasi (verified order), calon investor mendapatkan kode pembayaran (billing code) melalui email/sms sesuai kebijakan masing-masing agen. Kode pembayaran digunakan untuk penyetoran dana investasi melalui bank persepsi (teller, ATM, internet banking, mobile banking) dalam batas waktu yang ditentukan.
4. Konfirmasi
Setelah pembayaran, calon investor akan memperoleh NTPN (Nomor Transaksi Penerimaan Negara) dan notifikasi completed order, serta akan memperoleh alokasi ORI pada tanggal setelmen.
Baca Juga: Investasi dengan Uang Rp 20 Ribu, Bisa Dapat Untung Berapa?
Risiko Investasi ORI
Tak Ada Investasi yang Tak Berisiko, termasuk Juga ORI
Sebagaimana jenis investasi lainnya, ORI juga memiliki sejumlah risiko yang perlu dipahami sejak awal. Meskipun terbilang sangat kecil, beberapa risiko dalam investasi ORI berikut ini tetap perlu diwaspadai.
- Risiko Pasar
Meski terbilang memiliki risiko yang kecil, investasi ORI tetap memiliki risiko kerugian akibat adanya penurunan harga di pasar sekunder. Sejumlah kerugian ini bisa saja muncul ketika investor melakukan penjualan ORI di pasar sekunder sebelum masa jatuh tempo tiba.
Harga jual yang didapatkan bisa lebih rendah daripada harga belinya. Namun, risiko ini bisa saja dihindari investor jika kamu tidak menjual ORI tersebut hingga masa jatuh temponya tiba. Atau kalau investor menjualnya pada saat harga jualnya lebih tinggi dari harga beli sehingga penjualan tersebut menguntungkan.
- Risiko Likuiditas
Hampir sama dengan kasus di atas, risiko likuiditas juga bisa saja terjadi akibat penjualan ORI sebelum masa jatuh tempo tiba. Investor mengalami kesulitan untuk menjual ORI tersebut pada pasar sekunder dengan harga jual yang wajar (layak).
Baca Juga: Ciri-ciri Saham Gorengan yang Perlu Kamu Ketahui
Keuntungan yang Ditawarkan ORI
Membeli ORI adalah Salah Satu Cara Berinvestasi
Ketika berinvestasi, kamu tentu akan mengharapkan sejumlah keuntungan dari investasi yang dilakukan. Hal seperti ini wajib untuk kamu pahami sejak awal agar kegiatan investasi bisa memberikan hasil yang baik.
Dalam investasi ORI, instrumen ini dapat memberikan beberapa keuntungan, seperti:
- Kupon ORI
Investor ORI akan mendapatkan kupon yang dibagikan setiap bulannya dengan nilai yang tetap. Nilai tersebut tidak akan terpengaruh oleh fluktuasi harga pasar yang sedang terjadi. Jika melihat pada waktu pembagian kupon, hal ini akan terlihat seperti gajian bulanan bagi mereka yang menerimanya.
- Capital gain
ORI merupakan instrumen investasi yang dapat diperjualbelikan di pasar sekunder, yakni Bursa Efek Indonesia (BEI). Proses ini bisa dilakukan jika investor ingin menjual ORI yang dimilikinya sebelum masa jatuh tempo tiba.
Jika nilai jual ini lebih tinggi daripada nilai beli, investor akan mendapatkan sejumlah keuntungan (capital gain) atas penjualan tersebut.
- Modal kecil
Membeli atau investasi ORI yang setiap tahun ditawarkan pemerintah hanya membutuhkan modal kecil. Investasi ini bisa dimulai dengan modal mulai dari Rp 1 juta.
Sesuaikan dengan Tujuan Keuangan
ORI merupakan instrumen investasi yang cukup layak untuk dipertimbangkan sebagai pilihan. Mengingat risiko yang terdapat di dalamnya terbilang sangat kecil, sedangkan keuntungannya cukup menjanjikan.
Meskipun demikian, penting bagi kamu untuk menyesuaikan tujuan keuangandengan jenis investasi yang satu ini. Sebab ORI memiliki masa jatuh tempo yang terbilang lama, yakni minimal 5 tahun.
Pertimbangkan risiko, manfaat, dan tujuan keuangan sejak awal supaya investasi Anda berhasil dengan maksimal.
Baca Juga: Tips Utak Atik Gaji Biar Bisa Investasi