Jumat 09 Jul 2021 17:53 WIB

Gizi Cukup Hindarkan Anak Sakit Parah Saat Terpapar Covid-19

Anak-anak yang memiliki komorbiditas berisiko lebih tinggi terpapar Covid-19.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Nora Azizah
Anak-anak yang memiliki komorbiditas berisiko lebih tinggi terpapar Covid-19.
Foto: www.freepik.com.
Anak-anak yang memiliki komorbiditas berisiko lebih tinggi terpapar Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Cut Nurul Hafifah mengatakan kebutuhan gizi anak wajib diperhatikan agar mereka tidak berisiko terpapar Covid-19 dengan infeksi yang parah. Nurul menyebut, anak-anak yang memiliki komorbiditas berisiko lebih tinggi terpapar Covid-19.

Komorbiditas yang muncul kebanyakan adalah penyakit ginjal, penyakit jantung, obesitas, gizi buruk, dan kelainan bawaan. Salah satu hal yang paling bisa diatur dan dimodifikasi adalah status gizi pada anak.

Baca Juga

Asupan nutrisi yang tidak cukup, menyebabkan malnutrisi dan kekebalan tubuh menurun. "Ketika anak itu mengalami gizi buruk, sel-sel antibodi, sitokin, itu akan turun. Jadi dia tidak bisa melawan infeksi dengan baik. Akibatnya, infeksinya akan meningkat. Oleh karena itu, penting sekali kita memperhatikan status gizi anak," kata Nurul, dalam webinar, dipantau di Jakarta, Jumat (9/7).

Di masa pandemi ini, penting untuk melengkapi kebutuhan makro dan mikronutrien anak. Makronutrien adalah zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah banyak untuk mencukupi kebutuhan nutrisi anak, seperti karbohidrat, lemak, dan protein.

Nurul menjelaskan, makanan yang diberikan pada anak pun perlu bervariasi. Sebab, jika makanan yang diberikan untuk anak selalu sama maka kebutuhan mikronutriennya menjadi tidak lengkap.

Ia mencontohkan, ketika memberikan anak makanan perlu diperhitungkan kandungan vitaminnya. Jika anak sudah memakan makanan yang mengandung vitamin D, maka selanjutnya bisa diberikan makanan yang mengandung zat besi, dan sebagainya.

Selain itu, Nurul mengatakan lingkungan sekitar, orang tua, dan guru harus memperhatikan kondisi anak. "Orang tua atau guru di sekolah sambil memperhatikan, anak ini kok kayaknya kurus ya. Coba dicek. Apakah berat badan dan tinggi badannya sudah sesuai dengan usianya," kata dia lagi.

Lebih lanjut, Nurul mendorong agar anak berusia 12 tahun ke atas segera melakukan vaksinasi. Harapannya, jika anak berusia 12 tahun ke atas sudah divaksinasi maka anak yang lebih muda dan belum bisa divaksin bisa terlindungi.

Ia juga mengingatkan agar orang dewasa di rumah tidak sering bepergian. Selama pandemi, anak biasanya tertular di rumah dari orang dewasa yang keluar. "Oleh karena itu, orang tua dan pengasuh kalau memang bisa tinggal di rumah, tinggalah di rumah sehingga mengurangi transmisi," ujar Nurul.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement