REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan, keluarga berperan penting dalam peningkatan kualitas hidup para lanjut usia (lansia). "Kesejahteraan lansia merupakan tanggung jawab keluarga, selain tentunya individu lansia itu sendiri, di mana negara berkewajiban melindungi dan menjamin kesejahteraan tersebut melalui perangkat hukum dan kebijakan," kata peneliti pada Pusat Penelitian Kependudukan LIPI Deshinta Vibriyanti, dalam acara Bedah Buku "Klaster Keluarga dan Kesehatan" secara daring di Jakarta, Selasa (6/7).
LIPI menerbitkan tiga buku hasil penelitian klaster keluarga dan kesehatan, yang merupakan hasil riset pada 2015-2019, yakni "Remaja dan Perilaku Berisiko di Era Digital": "Penguatan Peran Keluarga; Menuju Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak": "Inovasi dan Upaya Daerah; dan Lansia Sejahtera: Tanggung Jawab Siapa?". Dalam membedah buku Lansia Sejahtera: Tanggung Jawab Siapa?, Deshinta menuturkan perlunya memperkuat komitmen daerah melalui pengesahan peraturan daerah (perda) tentang kelanjutusiaan, menjadikan komitmen terhadap kesejahteraan lansia dan meningkatkan peran serta lansia di tengah masyarakat.
"Perda merupakan bentuk komitmen pemerintah daerah terhadap sebuah daerah memiliki perhatian terhadap lansia," ujarnya.
Deshinta mengatakan, hanya di Pulau Jawa, terdapat banyak perda terkait kelanjutusiaan, di mana Jawa Timur memiliki 23 perda. Sementara di Sumatera, hanya Bangka Belitung yang memiliki perda, yakni sebanyak dua perda.Di Kalimantan Barat, ada lima perda.
Sulawesi Tenggara mempunyai dua perda, dan Lombok memiliki dua perda. Bandung tidak memiliki perda terkait kelanjutusiaan, namun mempunyai program-program yang bagus untuk lansia.
Di samping itu, hasil survei tersebut menemukan variabel-variabel kuat yang mempengaruhi kualitas hidup lansia, antara lain status ketergantungan dengan keluarga, frekuensi interaksi, frekuensi berkomunikasi dengan keluarga dan kedekatan lansia secara geografis. Hasil survei terhadap 400 lansia di Kota Medan pada 2017 menunjukkan 86,4 persen mengaku memiliki kualitas hidup yang baik.
"Faktor peran keluarga dan interaksi dengan lingkungan sosial turut mempengaruhi kualitas hidup lansia," ujar Deshinta.