REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah satu hari yang melelahkan dan tiba waktunya untuk tidur, ada saja yang mengganggu. Salah satunya kulit yang terasa gatal dan dorongan kuat untuk menggaruk. Padahal, sepanjang hari rasa gatal itu tidak muncul. Sebenarnya, apa yang terjadi?

Profesor dermatologi dan direktur penelitian kosmetik dan klinis di Rumah Sakit Mount Sinai di New York, Joshua Zeichner, menjelaskan hal demikian kerap dialami sebagian orang. Para ilmuwan belum mengetahui alasan persisnya, tapi ada beberapa teori seputar kondisi itu.

Satu teori yang belum terbukti secara formal adalah rasa gatal jelang tidur terkait dengan ritme sirkadian tubuh. Beberapa bahan kimia internal dalam tubuh mungkin berlimpah atau malah kurang pada malam hari, sehingga rasa gatal lebih sering muncul pada malam hari.

Teori lain yang juga belum dikonfirmasi secara ilmiah adalah mungkin karena seseorang lebih fokus pada apa yang dirasakan secara fisik. Pada siang hari, fokus itu terganggu oleh pekerjaan dan tugas-tugas lain sehingga dapat membuat lebih mudah untuk menekan sensasi gatal.

Gatal pada malam hari mungkin juga berhubungan dengan cara kerja kulit. Tingkat hidrasi kulit cenderung turun pada sore hari dan terus berlanjut hingga malam hari. "Ini berarti kulit cenderung lebih kering pada malam hari, berkontribusi terhadap disfungsi penghalang kulit, kekeringan, peradangan, dan gatal-gatal," kata Zeichner, dikutip dari laman Men's Health, Selasa (6/7).

Untuk meredakan rasa gatal yang mengganggu, Zeichner merekomendasikan untuk mengoleskan losion atau pelembap pada kulit sebelum tidur. Jika hanya area kaki yang mengalami gatal, beberapa alasan tambahan mungkin berperan, seperti kebiasaan berolahraga.

Orang dengan alergi atau kulit sensitif disarankan memakai deterjen berlabel hypoallergenic untuk mencuci pakaian, seprai, dan selimut. Apabila semua cara itu gagal dan gatal di malam hari berkepanjangan, konsultasikan dengan dokter kulit untuk membantu mengetahui akar penyebabnya.

Ikuti Whatsapp Channel Republika