Rabu 30 Jun 2021 04:00 WIB

Inggris Pakai Inhaler Asma untuk Pasien Covid-19

Inhaler budesonide merupakan obat yang biasa dipakai pengidap asma.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Reiny Dwinanda
Inhaler asma. Budesonide inhaler yang biasa dipakai pengidap asma tampak bisa mempercepat pemulihan pasien Covid-19.
Foto: EPA
Inhaler asma. Budesonide inhaler yang biasa dipakai pengidap asma tampak bisa mempercepat pemulihan pasien Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Inhaler ternyata tidak hanya bermanfaat bagi penderita asma, tetapi juga untuk pasien Covid-19. Para ahli dari Inggris mengklaim bahwa obat semprot tersebut mampu mempercepat pemulihan pasien Covid-19 hingga tiga hari.

"Kalau rata-rata lama pasien dirawat di rumah sakit adalah delapan hari, lalu Anda bisa menguranginya tiga hari lebih cepat dengan penggunaan inhaler, kenapa tidak dipakai lebih banyak lagi?" kata tokoh senior Covid Recovery Group yang juga anggota parlemen dari Partai Konservatif, Graham Brady, kepada Telegraph, dikutip Selasa (29/6).

Baca Juga

Brady pun menyerukan agar inhaler tersebut lebih banyak lagi diresepkan untuk pasien Covid-19. Jo Churchill selaku Parliamentary Under Secretary of State di Department of Health and Social Care menjelaskan bahwa National Health Service (NHS) telah merilis panduan baru penanganan Covid-19 yang menyarankan para dokter untuk meresepkan inhaler budesonide dengan pertimbangan kasus per kasus.

Sebuah penelitian dari University of Oxford juga menemukan bahwa pasien yang diobati dengan inhaler budesonide pulih lebih cepat dan kecil kemungkinan untuk dirawat di rumah sakit. Penelitian dilakukan dengan mengamati 4.700 individu di Inggris.

"Departemen Kesehatan akan terus memantau hasil penggunaan inhaler budesonide pada pasien Covid-19 dan akan menyesuaikan panduan berbekal data detail dari analisis uji coba," tutur Churchill.

Studi University of Oxford menemukan bahwa inhaler budesonide bekerja untuk individu dari segala usia, baik yang memiliki masalah kesehatan yang mendasarinya atau tidak. Profesor Perawatan Primer di Oxford, Chris Butler, mengatakan bahwa studi ini sangat menarik dan memberi harapan baru bagi pasien Covid-19 untuk sembuh lebih cepat.

"Obat yang tersedia secara luas di pasaran dengan harga terjangkau bisa membantu pemulihan lebih cepat. Praktisi medis di seluruh dunia yang merawat pasien Covid-19 mungkin bisa mempertimbangkan studi ini," kata Butler, seperti dilansir The Sun, Selasa (22/6).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement