REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi surveilans terbesar mengenai Covid-19 yang melibatkan lebih dari 500 ribu orang dewasa di Inggris mengungkap, satu dari 20 warga mengalami long Covid. Hampir 27 ribu (enam persen) partisipan mengaku gejala penyakit akibat infeksi SARS-CoV-2 itu masih terasa hingga tiga bulan atau lebih.
Dari situ diperkirakan sekitar dua juta orang mengalami long Covid. Temuan ini berasal dari Real-time Assessment of Community Transmission (REACT), studi yang dipimpin Imperial College London.
Menurut peneliti, long Covid lebih berisiko menerpa perempuan, perokok, obesitas, pernah diopname, dan lansia. Gejala paling umumnya ialah kelelahan, sesak napas, dan nyeri otot adalah efek yang paling umum.
Mereka yang terusik long Covid setidaknya merasakan satu atau lebih gejala tersebut. Prof Paul Elliott dari Imperial College London mengatakan bahwa kondisi misterius itu adalah tantangan besar bagi layanan kesehatan, terlebih long Covid dapat memengaruhi kualitas hidup.
Para peneliti masih belum sepenuhnya memahami seberapa baik tubuh bisa pulih dari virus setelah mengalami gejala jangka panjang.