REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bisnis makanan terus berjalan dan berinovasi agar mampu bertahan di tengah pandemi virus corona. Ayam merupakan salah satu olahan populer, terbukti dari beberapa rumah makan yang berkembang pesat dengan menyajikan menu berbahan ayam.
Renny Rantika, pendiri Ayam Keprabon Express yang terkenal dengan menu ayam geprek, berbagi kisah selama membangun bisnisnya. Simak berikut kisahnya:
1. Berhasil setelah 10 kali gagal
Bisnis ayam geprek ini bukan yang pertama bagi Renny. Sejak dulu, dia telah mencoba peruntungan di berbagai bisnis. Renny mengibaratkan 10 jari tangan mewakili kegagalan dalam berbisnis. Gigih dan berani bagi Renny adalah kunci keberhasilan dalam berbisnis.
2. Perlahan tapi pasti
Ketika banyak pelaku usaha lain yang membuka banyak cabang sekaligus, Renny memilih memperkuat fondasi bisnis yang matang. Dia membutuhkan sekitar setahun untuk mempersiapkan jalur distribusi, standar bahan baku sampai standar karyawan.
3. Fokus
Beberapa pelaku bisnis makanan membuat beragam produk sampai membuka perusahaan yang menawarkan makanan yang berbeda dari induknya. Renny memilih fokus mengembangkan bisnis di Ayam Keprabon sampai akhirnya berinovasi untuk menu Sushi Geprek.
4. Kolaborasi
Buka peluang untuk berkolaborasi dengan siapa pun selama bisa memberikan keuntungan atau kemudahan bagi konsumen. Misalnya, bergabung dengan dompet digital ShopeePay untuk menyediakan pembayaran.
5. Jangan puas ketika sudah daring
Masuk ke platform digital bukan berarti berpuas diri karena semua pelaku bisnis juga melakukan hal yang sama. Renny memilih untuk aktif mengikuti kampanye belanja yang diadakan platform pembayaran digital.
6. Memanusiakan manusia
Bagi Renny, aset terbesar Ayam Keprabon Express terletak pada sumber daya manusia. Dia memegang prinsip memanusiakan manusia, seperti merayakan hari ulang tahun hingga memberikan libur tahunan demi kesejahteraan karyawan.
7. Metode ATM
Amati, tiru, dan modifikasi. Ide bisnis Ayam Keprabon muncul ketuka Renny berkunjung ke tempat makan dengan menu ayam geprek di Yogyakarta, yang menurut dia kurang maksimal. Dia akhirnya tertarik mengembangkan menu ayam geprek.