REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ilmuwan menemukan petunjuk bahwa vaksin Covid-19 dapat memberikan proteksi yang bertahan lama. Hal ini berpotensi menurunkan kebutuhan untuk pemberian suntikan booster tahunan.
Sebelumnya, Pfizer dan Moderna sempat memperkirakan bahwa masyarakat akan membutuhkan vaksinasi ulang per tahun seperti halnya vaksin flu. Oleh karena itu, kedua perusahaan tersebut sedang mengerjakan beberapa kandidat booster yang akan siap antara Agustus hingga Oktober mendatang.
Akan tetapi, kedua perusahaan tersebut tidak akan menentukan kapan booster atau dosis penguat perlu diberikan. Keputusan tersebut akan diserahkan kepada otoritas kesehatan di tiap negara.
Beberapa ahli memperkirakan bahwa booster mungkin tak perlu disuntikkan setiap tahun. Dengan proteksi yang lebih panjang dari proses vaksinasi, ahli memperkirakan booster hanya perlu diberikan setiap beberapa tahun sekali.
"Saya akan terkejut bila kita benar-benar membutuhkan suntikan booster tahunan," jelas spesialis vaksin dari Children's Hospital of Philadelphia Dr Paul Offit, seperti dilansir Fox News.
Menurut peneliti, sistem imun memiliki cara untuk mengingat virus corona. Ketika antibodi orisinal sudah menghilang, pertahanan tubuh dapat kembali beraksi bila tubuh terpapar virus corona.
"Saya tak akan mengesampingkan kebutuhan akan booster, tetapi respons imun sejauh ini terlihat cukup hebat," jelas ahli imunologi dari University of Pennsylvania, John Wherry.
Antibodi yang terbentuk setelah vaksinasi atau infeksi alami memang berkurang secara alami. Akan tetapi, ada bukti bahwa antibodi yang tersisa tetap kuat hingga setidaknya enam hingga sembilan bulan setelah vaksinasi dengan vaksin mRNA. Bahkan, dampak tersebut bisa berpotensi bertahan lebih lama. Antibodi tersebut juga tampak efektif dalam melawan mutan virus corona, setidaknya untuk saat ini.