Kamis 27 May 2021 03:44 WIB

Edukasi Gizi Sejak Dini Penting Cegah Malnutrisi

Jika ditelaah lebih dalam, kasus malnutrisi sebuah lingkaran siklus.

Anak malnutrisi (ilustrasi).
Foto: guardian.co.uk
Anak malnutrisi (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar kesehatan anak Prof Rini Sekartini mengatakan edukasi mengenai gizi sejak dinipenting dalam upaya menekan kasus malnutrisi pada anak. Menurut dia, kecukupan gizi sangat penting untuk mencetak generasi penerus bangsa yang sehat dan berdampak pada peningkatan produktivitas dan kualitas sumber daya manusia.

Dia mengatakan, anak yang terlahir dengan gizi kurang akan tumbuh menjadi remaja dengan status gizi kurang. Selanjutnya, anak ini berpotensi kembali melahirkan anak dengan kondisi gizi kurang. Mata rantai ini lah yang mesti diputus dengan berbagai macam upaya.

Baca Juga

"Definisi anak kan sejak dari dalam kandungan. Status gizi kurang pada ibu dan asupan makanan rendah gizi dapat berdampak pada saat proses kehamilan. Kondisi ini bisa menyebabkan bayi lahir dengan berat badan lahir rendah, prematur, dan meningkatkan risiko anak mengalami gizi kurang, gizi buruk, atau pun stunting," jelas Prof Rini.

Persoalan malnutrisi di Indonesia masih menjadi tantangan dalam upaya membangun generasi Indonesia yang berkualitas. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan prevalensi gizi buruk dan gizi kurang pada anak balita di Indonesia mencapai 17,7 persen, sedangkan stunting mencapai 30,8 persen.

Kasus malnutrisi bukan hanya menjadi tumpuan dalam satu bidang saja. Edukasi gizi, sistem reproduksi, sanitasi, pola asuh hingga faktor ekonomi turut andil dalam upaya mengentaskan kasus malnutrisi di Indonesia.

Jika ditelaah lebih dalam, kasus malnutrisi sebuah lingkaran siklus. Anak yang terlahir dengan gizi kurang akan tumbuh menjadi remaja dengan status kurang gizi dan berpotensi kembali melahirkan anak yang kurang gizi. Pada posisi ini, anak menjadi fase yang rentan terhadap kasus malnutrisi dan berpotensi berulang ke generasi berikutnya.

Beberapa faktor tersebut menjadi landasan pada studi lapangan South-East Asia Nutrition Survey (SEANUTS). Studi dilakukan di 21 Kabupaten/Kota pada 15 Provinsi di Indonesia dan melibatkan sekitar 25 personil dari kalangan dokter, ahli gizi, kesehatan masyarakat dan bidang olahraga.

SEANUTS merupakan studi mengenai gizi dan kesehatan yang dilakukan di empat negara di Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam yang diprakarsai oleh Friesland Campina. SEANUTS melibatkan sekitar tiga ribu anak di seluruh Indonesia dengan rentang usia 6 bulan-12 tahun.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement