Selasa 25 May 2021 14:35 WIB

Empat Gaya Meminta Maaf, yang Mana Tipemu?

Permintaan maaf menjadi cara untuk memperbaiki relasi.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Qommarria Rostanti
Minta maaf (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com.
Minta maaf (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Semua orang pernah berbuat kesalahan dan meminta maaf, tetapi terkadang memiliki cara dan gaya berbeda dalam menyampaikannya. Mengenali bahasa permintaan maaf bisa membantu memahami diri sendiri dan orang lain.

Minta maaf ketika melakukan kekeliruan atau tak sengaja menyinggung perasaan penting untuk dilakukan. Tidak cuma terhadap pasangan, tetapi juga keluarga, sahabat, saudara, sejawat di tempat kerja, bahkan orang yang sepenuhnya asing.

Pekerja sosial berlisensi yang fokus pada kesehatan mental, Victoria Woodruff, mengatakan ada juga orang yang terlalu banyak minta maaf. Biasanya perempuan yang melakoni itu, karena merasa bertanggung jawab atas emosi dan perasaan orang lain.

Saat melakukan kesalahan sepele maupun fatal, Woodruff menyarankan untuk minta maaf dengan sungguh-sungguh. "Lakukan dengan penuh niat dan ketulusan, sampaikan spesifik tentang apa yang telah Anda lakukan dan tunjukkan bahwa Anda memahami efek tindakan itu terhadap orang lain," kata terapis asal Maryland, Amerika Serikat, tersebut.

Terapis asal Texas, Louis Laves-Webb, mengibaratkan permintaan maaf sebagai cara untuk memperbaiki relasi. Karena tiap orang punya gaya pribadi dalam meminta maaf, mengetahuinya akan meningkatkan rasa belas kasih untuk diri sendiri dan orang lain.

Laves-Webb memerinci beberapa gaya permintaan maaf yang umum. Pertama, minta maaf melalui kata-kata. Secara lisan, seseorang dengan jelas mengakui tindakan apa yang menurutnya tidak patut dilakukan dan berusaha mengubah perilakunya.

Gaya kedua adalah dengan menulis, karena sebagian orang bingung menyampaikannya secara langsung. Bisa berupa email, pesan di ponsel, atau sebuah catatan. Permintaan maaf ini bisa menjadi strategi yang solid jika merasa ketegangan masih agak tinggi.

Ada pula orang yang lebih menyukai bentuk permintaan maaf lewat tindakan dan layanan. Misalnya, melakukan tugas rumah bagi pasangan sebagai cara menunjukkan penyesalan atau mengatur waktu makan bersama untuk perbaikan hubungan.

Sementara, sebagian lagi minta maaf dengan sentuhan fisik. Misalnya, minta maaf sambil memeluk setelah berselisih dengan pasangan. "Kedekatan intim dan ikatan fisik sebagai cara meminta maaf dapat menjadi reparatif, menenangkan, dan tulus," kata Laves-Webb, seperti dikutip dari laman Cosmopolitan, beberapa waktu lalu.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement