REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Makanan berkolesterol seringkali dipandang sebagai penyebab utama tingginya kadar kolesterol darah. Padahal bila dibandingkan dibandingkan kolesterol makanan, lemak jenuh makanan memainkan peran yang lebih signifikan dalam meningkatkan kadar kolesterol darah.
Seperti diketahui, kadar kolesterol yang tinggi berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Akan tetapi, meta analisis yang dilakukan American Heart Association pada 2019 menemukan bahwa asupan kolesterol dari makanan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan risiko penyakit kardiovaskular.
Makanan berkolesterol baru memiliki dampak terhadap risiko penyakit kardiovaskular bila seseorang mengonsumsinya dalam jumlah yang sangat besar, yaitu tiga kali lipat dari rata-rata konsumsi makanan berkolesterol.
Dibandingkan kolesterol dalam makanan, ahli kardiologi preventif Dr Stephen Devries menilai kandungan lemak jenuh dalam makanan lebih berbahaya. Dr Devries mengatakan asupan lemak jenuh dari makanan lebih sering menyebabkan peningkatan kadar kolesterol darah dibandingkan dengan asupan kolesterol dari makanan.
"Lemak jenuh merupakan pelaku yang lebih besar atas terjadinya peningkatan kolesterl darah secara umum dibandingkan kolesterol dari makanan," ungkap Dr Devries, seperti dilansir EatThis, Kamis (29/4).
Dr Devries menjelaskan bahwa sebagian besar kolesterol dalam darah berasal dari produksi tubuh sendiri. Ketika seseorang mengonsumsi makanan berkolesterol, tubuh akan mengompensasinya dengan menekan produksi kolesterol di dalam tubuh.t0
Akan tetapi, hal yang sama tak terjadi ketika seseorang mengonsumsi makanan berlemak jenuh. Asupan lemak jenuh dari makanan justru akan mendorong tubuh untuk meingkatkan produksi kolesterol low density lipoprotein (LDL) atau dikenal sebagai kolesterol jahat.
"Ini adalah kolesterol jahat, yang dapat menyebabkan penumpukan (plak) di arteri, menghambat aliran darah ke jantung dan otak, meningkatkan kemungkinan (terjadinya) serangan jantung atau strok," pungkas laporan dari American Heart Association pada 2019.
Lemak jenuh sebenarnya bisa ditemukan pada beragam jenis makanan, termasuk makanan populer. Konsumsi makanan-makanan yang mengandung lemak jenuh peru dibatasi agar asupan lemak jenuh di dalam tubuh tidak berlebihan.
American Heart Association juga sudah mengeluarkan rekomendasi terkait batasan konsumsi lemak jenuh dalam satu hari. Untuk pola makan 2.000 kalori per hari, jumlah kalori yang berasal dari lemak jenuh tidak boleh melebihi 120 kalori.
Untuk gambaran yang lebih mudah, laki-laki dewasa sebaiknya tidak mengonsumsi lebih dari 30 gram lemak jenuh per hari. Sedangkan untuk perempuan, konsumsi lemak jenuh perlu dibatasi agar tidak lebih dari 20 gram per hari.
Seperti dilansir WebMD, lemak jenuh bisa ditemukan pada beragam jenis makanan. Namun sebagian dari makanan tersebut memiliki kandungan lemak jenuh yang cukup tinggi.
Salah satu di antaranya adalah daging merah seperti daging sapi, domba, dan babi. Bahkan pada 100 gram daging sapi tanpa lemak bisa mengandung sekitar 4,5 gram lemak jenuh.
Contoh lainnya adalah mentega. Tingginya lemak jenuh di dalam mentega merupakan alasan mengapa banyak olahan roti atau kue kurang baik ntuk dikonsumsi. Satu sendok makan mentega memiliki sekitar 7 gram lemak jenuh.
Minyak kelapa juga termasuk bahan makanan yang tinggi akan lemak jenuh, meski dikenal memiliki beberapa manfaat kesehatan. Minyak kelapa memiliki kandungan lemak jenuh yang lebih tinggi dibandingkan mentega, lemak sapi, atau minyak babi.
Sekitar 90 persen dari minyak kelapa merupakan lemak jenuh. Tak heran bila satu sendok makan makan minyak kelapa mengandung 12 gram lemak jenuh.
Contoh makanan populer lain yang kaya akan lemak jenuh adalah es krim. Hal ini diungkapkan dalam sebuah studi dari Center for Science in the Public Interest.
Menurut studi ini, satu porsi es krim sundae populer bisa mengandung 1.270 kalori dan 38 gram lemak jenuh. Jumlah tersebut setara dengan menyantap steak T-bone, salad Caesar, dan kentang panggang dengan krim asam.