REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Alephia 2053, sebuah film animasi berbahasa arab, sukses menyita perhatian publik Timur Tengah. Dirilis di YouTube pada 21 Maret 2021, satu dekade setelah pemberontakan Arab Spring, film thriller buatan Lebanon ini telah ditonton lebih dari delapan juta kali.
Kesuksesan film berdurasi 60 menit itu, tidak hanya menjadi bukti semakin populernya platform streaming, tapi juga bukti bahwa film tersebut mampu merefleksikan pemikiran publik Timur Tengah.
Ide untuk film tersebut berasal dari sebuah pertanyaan: Seperti apa dunia Arab dalam 20 atau 30 tahun mendatang?
"Semua orang menonton dan menikmatinya lewat sudut pandang diri sendiri dan komunitasnya," kata Rabih Sweidan selaku pencipta dan produser eksekutif film tersebut.
Film itu berlatar tahun 2053 di negara fiksi Arab bernama Alephia. Film mengikuti sekelompok agen yang menyamar dan berencana menjatuhkan penguasa turun temurun Alaa Ibn Ismail dan rezim otokratisnya, yang digambarkan sebagai penguasa paling tirani di dunia.
Melalui operasi yang cermat dari para agen yang telah menyusup ke jajaran rezim, akhirnya penguasa yang diktator bisa digulingkan dalam kudeta. Mengakhiri satu abad pemerintahan otokratis.
Pemberontakan juga didukung oleh masyarakat Alephia yang turun ke jalan, meneriakkan refrain Arab Spring yang terkenal. Aksi dilakukan di hadapan pasukan keamanan bersenjata lengkap yang merespon pendemo dengan tembakan langsung.
Sweidan mengatakan bahwa Alephia 2053 adalah film fiksi yang didasarkan pada kenyataan.
"Ini adalah deskripsi realitas sosial. Film tidak hanya terinspirasi oleh satu negara Arab tetapi menggambarkan kondisi di seluruh negara-negara Arab. Alephia bisa menjadi negara ke-23 di Liga Arab," kata Sweidan seperti dilansir dari laman Kuwait Times, Kamis (29/4).
Animasi tersebut disutradarai dan diilustrasikan oleh Jorj Abou Mhaya, serta diproduksi oleh perusahaan Lebanon Spring Entertainment. Lebih dari 70 persen pekerjaan dilakukan di Lebanon dan dikerjakan oleh orang Lebanon.
"Tapi untuk beberapa hal kami mendapat dukungan dari studio animasi Malil’Art di Angouleme, Prancis," kata Sweidan.
Kritikus sinema Lebanon Elias Doummar menyebut Alephia 2053 sebagai tonggak sejarah dalam animasi Arab. "Ini menggambarkan realitas Arab, dan penontonnya terus berkembang," kata dia.