Sabtu 24 Apr 2021 07:54 WIB

Uji Coba Vaksin HIV Segera Dimulai

Uji coba vaksin HIV dilakukan Jenner Institute Oxford University dan Moderna.

Rep: Rizky Surya/ Red: Joko Sadewo
HIV/AIDS (Ilustrasi)
Foto: Flickr
HIV/AIDS (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Dua tim ilmuwan akan memulai uji coba vaksin HIV berdasarkan teknologi yang digunakan untuk mengembangkan suntikan Covid-19. Jenner Institute Oxford University, yang berada di balik vaksin Oxford-AstraZeneca Covid-19, dan raksasa farmasi AS Moderna dalam kemitraan dengan Scripps Research, akan menggunakan teknik yang berbeda.

Vaksin HIV tim Oxford menggunakan adenovirus yang dimodifikasi yang diambil dari simpanse. Sementara, Moderna didasarkan pada asam ribonukleat kurir (mRNA). Kedua metode tersebut telah berhasil digunakan untuk merangsang sistem kekebalan manusia terhadap Covid-19 dalam satu tahun terakhir.

Diharapkan metode itu dapat diterapkan pada HIV, penyakit yang menyebabkan AIDS. Penyakit ini telah membunuh sekira 32 juta orang sejak diidentifikasi pada 1981. Saat ini AIDS menyerang 38 juta orang di seluruh dunia, dengan hampir 690 ribu meninggal setiap tahun.

Tim Oxford akan memulai uji coba fase pertama bulan ini pada 101 relawan HIV-negatif berusia 18-50 dari Inggris, Kenya, Uganda, dan Zambia. Moderna akan meluncurkan dua uji coba mRNA pada akhir tahun ini. Lokasi uji coba di Afrika penting karena pengobatan sering kali masih tidak terjangkau bagi banyak pasien Afrika.

Diperkirakan hingga setengah dari populasi yang terinfeksi di benua Afrika, bahkan tidak menyadari kondisi mereka. Terlepas dari keberhasilan dalam mengembangkan berbagai vaksin Covid-19, HIV tetap jauh lebih sulit untuk diobati daripada virus korona. Ini karena mengingat kecenderungannya untuk tidak aktif untuk waktu yang lama, bermutasi lebih cepat daripada penyakit lain yang diketahui, dan tertanam dalam DNA pasien.

"Saat Anda terinfeksi satu virus, virus itu beragam dalam tubuh Anda. Untuk virus corona, ada empat varian utama yang kami khawatirkan di seluruh dunia. Untuk HIV, kami harus menangani 80 ribu," kata Prof Tomas Hanke dari Universitas Oxford dilansir dari Arab News pada Jumat (23/4).

Sementara itu, tim di Institut Jenner bertujuan untuk merangsang....

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement