REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Puasa Ramadhan bisa berlangsung dalam durasi yang cukup lama hingga belasan jam. Dalam kondisi ini, sebagian orang khawatir bila penggunaan masker dalam waktu yang lama saat puasa dapat memicu terjadinya respiratory distress atau kesulitan napas.
National Institute of Health (NIH) mengungkapkan, penggunaan masker dalam jangka panjang tak akan menjadi penghambat bagi orang sehat yang berpuasa. Akan tetapi, respiratory distress mungkin saja terjadi pada orang-orang dengan penyakit kardiovaskular dan penyakit pernapasan.
"Dengan puasa dalam waktu panjang, jelas ada dehidrasi dan lapisan paru cenderung mengering," ujar CEO Avivo Health Care Group dr Atul Aundhekar, seperti dilansir di Gulf News, Jumat (23/4).
Dr Aundhekar juga mengatakan ada penurunan volume tidal saat berpuasa. Volume tidal merupakan jumlah udara yang bergerak di dalam paru-paru pada setiap siklus pernapasan.
Ketika seseorang memiliki mulut kering saat berpuasa dan sedang menggunakan masker satu atau dua lapis bersama dengan APD lain, bernapas bisa menjadi lebih sulut. Bila dikombinasikan dengan tekanan termal dan komorbid atau penyakit penyerta, respiratory distress bisa terjadi.
Kondisi masker yang basah juga akan membuat penggunanya harus berusaha lebih untuk bernapas, seperti bernapas lebih dalam. Masker yang basah biasanya terjadi akibat penggunaan masker terlalu lama sehingga masker lebih banyak terpapar oleh keringat dan liur.
Agar terhindar dari situasi menyulitkan ini, dr Aundhekar merekomendasikan adanya jeda dari penggunaan masker bagi orang-orang yang memiliki penyakit seperti penyakit kardiovaskular atau penyakit pernapasan. Jeda atau istirahat dari penggunaan masker ini bisa dilakukan bila saturasi oksigen mereka jatuh di bawah angka 96.
Untuk bisa mengecek saturasi oksigen, dr Aundhekar menyarankan agar orang-orang yang mengidap penyakit membawa oximeter ketika berkegiatan. Bila saturasi oksigen di bawah angka 96, coba pergi ke tempat yang sepi dan lakukan istirahat dari penggunaan masker sejenak.
Setelah membuka masker, coba untuk bernapas dalam-dalam. Beri upaya lebih ketika menghembuskan napas. Ketika menghembuskan napas, arteri koroner diisi oleh darah yang memperbaiki sirkulasi darah ke jantung.
Selain itu, menarik dan mengembuskan napas merupakan aktivitas otonom. Ketika seseorang menghembuskan napas lebih kuat, refleks yang akan terjadi selanjutnya adalah menghirup napas dengan kuat dan mendapatkan lebih banyak oksigen yang masuk.
Dr Aundhekar mengatakan individu dengan saturasi oksigen yang rendah dapat mencoba menarik dan menghembuskan napas yang dalam selama 2-4 menit. Setelah itu, masker bisa kembali dipakai.
"Pakai kembali masker dan kembali bekerja," jelas dr Aundhekar.
Mengingat masker yang basah atau lembap juga dapat mempersulit napas, penting bagi orang-orang yang beraktivitas di luar rumah untuk membawa masker cadangan. Ganti masker secara berkala agar napas menjadi lebih mudah.
Selain itu, kecukupan cairan juga penting untuk menghindari terjadinya respiratory distress selama puasa. Hidrasi yang terjaga dapat membantu melembapkan tenggorokan dan lapisan paru.
"Dan sangat membantu dalam proses bernapas, mengembalikan Volume Tidal," ujar spesialis paru dari NMC Royal Hospital dr Sukhant Bagdia.