Jumat 02 Apr 2021 07:08 WIB

Ini Beda Kejadian Ikutan dengan Efek Samping Vaksinasi

KIPI adalah tidak berkaitan langsung secara sebab akibat dengan vaksin.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Indira Rezkisari
Vaksinator bersiap melakukan vaksinasi menggunakan vaksin Covid-19 Astrazeneca. Terkait KIPI yang muncul setelah vaksinasi dengan vaksin Astrazeneca di Sulawesi Utara, Komnas KIPI menyatakan bahwa reaksi yang muncul terbilang ringan dan telah diberikan surat rekomendasi kepada pemda setempat untuk melanjutkan vaksinasi.
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Vaksinator bersiap melakukan vaksinasi menggunakan vaksin Covid-19 Astrazeneca. Terkait KIPI yang muncul setelah vaksinasi dengan vaksin Astrazeneca di Sulawesi Utara, Komnas KIPI menyatakan bahwa reaksi yang muncul terbilang ringan dan telah diberikan surat rekomendasi kepada pemda setempat untuk melanjutkan vaksinasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa waktu lalu masyarakat dihebohkan dengan kejadian ikutan seperti demam, menggigil, dan pegal yang sempat dialami peserta vaksinasi Covid-19 di Sulawesi Utara. Laporan ini diterima Komisi Daerah (Komda) Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Sulut dan direspons Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sulut dengan menghentikan sementara pemberian vaksin di provinsi ini.

Meski pemerintah pusat telah melakukan investigasi dan dipastikan bahwa reaksi yang terjadi terbilang ringan dan umum, sebagian masyarakat masih mempertanyakan terkait kejadian ikutan yang terjadi. Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menjelaskan, ada dua jenis reaksi pada tubuh yang muncul setelah vaksinasi.

Baca Juga

"Setelah proses vaksinasi dilakukan terdapat dua peluang kemunculan kejadian yang tidak diharapkan, yakni kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) maupun reaksi simpang atau biasa disebut efek samping," kata Wiku dalam keterangan pers, Kamis (1/4) sore.

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), ujar Wiku, adalah kejadian yang tidak diharapkan dan tidak berkaitan langsung secara sebab akibat dengan vaksin. Misalnya, kejadian yang dipengaruhi genetik penerima vaksinasi, pengaruh obat lain, kesalahan medis, dan faktor lain.

Sedangkan reaksi simpang, imbuhnya, adalah kejadian yang tidak diharapkan dan terbukti secara ilmiah berkaitan secara langsung secara sebab akibat, dengan vaksin. Secara umum, kemunculan efek samping suatu produk farmasi lebih sedikit dibanding kejadian ikutannya.

"Mengingat perjalanan produksinya yang cukup kompleks dengan pengawasan yang sangat ketat yakni standar keamanan yang tinggi di tiap tahap pengembangannya, produksinya, atau distribusinya," katanya.

Wiku melanjutkan, KIPI setelah vaksinasi Covid-19 yang umum ditemukan di lapangan adalah rasa nyeri, timbul kemerahan, atau pembengkakan di area lokal penyuntikan. Di sisi lain, efek secara sistemik yang juga ditemukan adalah keletihan, sakit kepala, rasa nyeri otot dan sendi, dan deman.

"Namun masyarakat tidak perlu khawatir jika mengalami hal serupa setelah divaksinasi. Rasa sakit dan tidak nyaman itu dapat dikurangi dengan beberapa upaya seperti pengompresan di area suntik atau menjamin hidrasi tubuh terjaga dengan baik," ujar Wiku.

Kendati terbilang umum, Wiku tetap meminta penerima vaksinasi yang merasakan kejadian ikutan dalam jangka waktu lama, sebulan misalnya, agar segera melaporkannya kepada fasilitas kesehatan. "Atau akibatkan efek yang berat pada tubuh maka masyarakat diharapkan secara proaktif melaporkan ke faskes untuk penanganan segera. Meski pemerintah terus berusaha akselerasi pemberian vaksin, aspek keamanan vaksin selalu menjadi prioritas sehingga akan terus dipantau dan dilakukan evaluasi," katanya.

Masyarakat perlu memahami bahwa vaksin yang digunakan dalam program vaksinasi baik di Indonesia atau seluruh negara lain, tergolong vaksin baru. Sehingga survailans terus menerus, terkait kejadian ikutan ini, sangat bermanfaat bagi pelaksanaan vaksinasi ke depannya.

Terkait KIPI yang muncul setelah vaksinasi dengan vaksin Astrazeneca di Sulawesi Utara, Wiku menegaskan bahwa Komnas KIPI menyatakan bahwa reaksi yang muncul terbilang ringan dan telah diberikan surat rekomendasi kepada pemda setempat untuk melanjutkan vaksinasi. "Analisis oleh Komnas KIPI berdasarkan laporan yang diterima Komda KIPI Sulut, menunjukkan bahwa kejadian ikutan yang muncul pada beberapa penerima vaksin di antaranya menggigil, demam, dan pegal, adalah reaksi yang tergolong ringan," ujar Wiku.

Sebelumnya Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan peserta vaksinasi AstraZeneca di Sulawesi Utara bukan yang terbanyak di Indonesia. "Vaksin AstraZeneca paling banyak disuntik di Bali, Jawa Timur serta TNI-Polri. Di tempat lain saya tidak dengar tuh ada KIPI-nya sampai sekarang," katanya dalam jumpa pers kepada wartawan baru-baru ini.

Jumlah peserta vaksinasi yang menerima suntikan AstraZeneca di Sulawesi Utara diperkirakan Budi tidak lebih dari 1.000 orang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement