Kandungan senyawa fenolik kurma totalnya sekitar 10,47-22,11 miligram per 100 gram. Kandungan flavonoid yang terkandung antara lain ada rutin, luteolin, iso kuersetin, kuersetin, dan apigenin yang berkisar antara 1,22 - 2,82 miligram per 100 gram.
Flavonoid adalah keluarga besar fenolik atau polifenol dengan aplikasi terapeutik luas, dan Quercetin salah satu flavonoid alami yang banyak tersebar. Hendrianis menerangkan, peningkatan stamina bisa terjadi dengan adanya aktivitas efek tonik.
Efek tonik dapat terjadi dengan adanya efek stimulan dari sistem saraf pusat yang ditimbulkan dari golongan psikostimulansia. Lalu, senyawa kimia yang dapat menjadi psikostimulansia atau menstimulasi sistem saraf merupakan alkaloid dan flavonoid.
Senyawa flavonoid memiliki efek stimulan karena menghambat fosfodiesterase, enzim yang memiliki tugas mengubah adenosine monofosfat siklik jadi AMP, mengaktivasi pembentukan glukosa 6 fosfat sebagai sumber energi tambahan bagi tubuh.
"Dapat membuat tubuh menjadi lebih aktif atau berefek stimulan," kata Hendrianis.
Mahasiswa memakai metode infusa dalam penelitian, yaitu merendam buah kurma dalam air. Metode ini dipilih karena mempunyai kelebihan seperti mudah dalam pembuatan
dan penggunaan, pelarutnya air tergolong murah dan umum dengan polaritas besar.
Berdasarkan penelitian disimpulkan infusa buah kurma mengandung senyawa flavonoid, khususnya jenis kuersetin, sehingga buah kurma dengan sediaan infusa berpotensi jadi obat peningkat stamina pengganti kafein dan minuman berenergi lainnya.