Ahad 14 Feb 2021 15:26 WIB

Hati-Hati Nyeri Kepala Bisa Jadi Gejala Strain Covid-19 Baru

Paling penting pemerintah harus melakukan testing kepada semua masyarakat

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Gita Amanda
Sakit kepala (Ilustrasi). Epidemiolog mengatakan nyeri kepala bisa menjadi salah satu ciri strain baru Covid-19.
Foto: Flickr
Sakit kepala (Ilustrasi). Epidemiolog mengatakan nyeri kepala bisa menjadi salah satu ciri strain baru Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Epidemiologi dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengatakan, pada 2021 ini terdapat munculnya banyak strain baru SARCoV2 atau Covid-19. Semakin telat suatu negara atau wilayah merespons dengan 3T dan 5M yang optimal maka semakin besar potensi perburukan pandeminya.

"React study di UK (Inggris) menemukan, selain empat gejala klasik Covid-19 yaitu kehilangan indra penciuman, perasa, demam dan batuk. Ternyata ditemukan juga pada usia 5 sampai 17 tahun dominan nyeri kepala, menggigil, kehilangan nafsu makan dan nyeri otot. Nyeri otot akan terjadi dominan kepada orang dewasa," katanya saat dihubungi Republika, Ahad (14/2).

Baca Juga

Kemudian, ia melanjutkan munculnya strain baru SARSCoV2 di California yang memperburuk situasi pandemi bukan hal aneh terjadi di negara atau wilayah yang tidak terkendali pandeminya. Jadi jangan kaget jika Indonesia mengalami hal yang sama. Kecepatan dan ketepatan merupakan kunci respons pengendalian pandemi.

Ia menambahkan untuk pasien Covid-19 yang positif tanpa gejala juga bisa berbahaya. Pemerintah harus mengawasi dan memonitor pasien tersebut sampai sembuh lewat tenaga kesehatan. Sebab, tanpa gejala ini bisa terjadi tiba-tiba nyeri di kepala, masuk ruang ICU dan pada kondisi tertentu menyebabkan meninggal dunia.

"Harusnya yang tanpa gejala walaupun isolasi mandiri tapi dipantau oleh tenaga kesehatan setiap harinya. Ditanya perkembangannya seperti apa. Hal ini dilakukan agar tidak telat untuk ditangani jika terjadi apa-apa. Tapi sampai sekarang pengawasan dan monitoring ini beluk disempurnakan oleh pemerintah," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement