REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berada di rumah saja membuat kita memiliki waktu yang banyak untuk mengembangkan keterampilan pekerjaan dan keterampilan sosial. Keterampilan pekerjaan, menurut Psikolog Anak Sani Budiantini bisa dikembangkan dengan meningkatkan hobi.
"Kita bisa memanfaatkan waktu untuk belajar bahasa, mengkoleksi tanaman, dan memasak-masak, serta lain-lain yang berkaitan dengan pekerjaan," tutur Sani kepada Republikqa.co.id, beberapa waktu lalu.
Sementara, keterampilan sosial yang merupakan keterampilan dasar manusia juga bisa dikembangkan di masa pandemi seperti sekarang ini. Menurut Sani, di saat-saat karantina seperti sekarang ini, kita bisa lebih memahami diri atau intrapersonal relationship.
Hal itu merupakan proses memahami diri, tahu apa yang kita mau dan apa yang kita inginkan, tahu apa yang kita tidak suka maupun yang kita suka. Proses itu dilakukan dengan introspeksi diri dan mereview kegiatan-kegiatan dan perbuatan kita selama ini.
Keterampilan sosial yang berikutnya yang bisa dikembangkan adalah kemampuan interpersonal relationship. Di masa karantina dan adanya keterbatasan sosial, kita bisa mengembangkan kemampuan membangun komunikasi terhadap orang lain dengan segala keterbatasan.
"Misalnya, kita bisa kontak dengan saudara-saudara kita via Zoom, atau webinar, atau mendatangi arisan secara daring. Pokoknya membina hubungan secara daring di tengah keterbatasan," tutur dia.
Sani mengatakan, selain itu, kita bisa meningkatkan kemampuan sosial secara spiritual. Dengan waktu yang sangat banyak berada di rumah, kita bisa memanfaatkannya dengan beribadah kepada Allah SWT dan mendekatkan diri kepada-Nya.
Kemampuan lain yang juga dituntut bisa dikembangkan saat masa krisis di tengah pandemi ini adalah kemampuan untuk menyelesaikan masalah. Kondisi di rumah yang seringnya kacau karena berbagai kegiatan yang terpusat pada rumah, menuntut kita untuk bisa menyelesaiman masalah-masalah dengan lebih baik dan lebih bijak.
Dengan meningkatkan kemampuan ini, kemampuan lain pun bisa ikut ditingkatkan. Yaitu kemampuan untuk mengontrol diri.
"Jika tidak, akhirnya akan terjadi perpecahan. Maka tak heran kasus KDRT meningkat, konflik meningkat, dan kasus perceraian pun ikut meningkat, dan lain-lain," tutur dia.