REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pfizer/BioNTech dan Moderna mengembangkan vaksin Covid-19 berjenis vaksin mRNA. Vaksin ini memiliki cara kerja yang berbeda dibandingkan vaksin biasanya.
Vaksin biasanya menggunakan sebagian atau seluruh bagian dari virus maupun bakteri untuk mengajarkan tubuh membentuk imunitas dalam melawan patogen tersebut. Patogen yang digunakan dalam vaksin sudah dalam keadaan dilemahkan sehingga tak menyebabkan penyakit.
Ada pula teknologi vaksin rekombinan. Teknologi ini memanfaatkan sel-sel bakteri atau ragi untuk membuat banyak salinan dari protein atau sebagian kecil bagian protein dari virus maupun bakteri.
Vaksin mRNA berbeda karena disintesis secara kimiawi tanpa membutuhkan sel atau patogen. Hal ini membuat proses produksi menjadi lebih sederhana.
Vaksin ini membawa informasi yang memungkinkan sel-sel di tubuh manusia untuk membuat fragmen protein atau protein patogen sendiri. Akan tetapi, informasi yang dibawa oleh vaksin mRNA tidak penuh, sehingga sel-sel tubuh manusia tidak dapat membentuk patogen secara penuh. Dengan begitu, vaksin mRNA tak akan menyebabkan terjadinya infeksi, dalam hal ini infeksi SARS-CoV-2.
Konsep vaksin mRNA mungkin terlihat sederhana. Akan tetapi, dibutuhkan teknologi yang sangat canggih untuk bisa mengembangkan vaksin ini.
Salah satu tantangan dalam pengembangan vaksin mRNA adalah bagaimana mengirim mRNA masuk ke dalam sel tubuh dan memastikan enzim-enzim di dalam sel tidak mendegradasinya. Enkapsulasi mRNA dalam partikel nano lipid merupakan cara untuk memastikan vaksin bisa masuk dengan sukses ke dalam sel dan mengirim mRNA ke dalam sitoplasma.
Perlu diketahui pula bahwa mRNA tidak bertahan lama di dalam sel manusia. Setelah mengirimkan instruksi untuk membuat protein kepada sel, enzim bernama ribonucleases akan mendegradasi mRNA.
Selain itu, mRNA juga tak bisa berpindah ke nukleus sel krena mRNA tidak memiliki sinyal yang cukup untuk bisa memasuki area tersebut. Artinya, RNA tidak bisa berintegrasi dengan DNA dari sel yang divaksinasi. Dengan begitu, tidak ada risiko jangka panjang mengenai perubahan genetik pascapemberian vaksin mRNA.
Vaksin Covid-19 mRNA dari Pfizer/BioNTech dan Moderna telah lulus uji keamanan pada uji klinis terhadap manusia. Saat ini, Food and Drug Administration (FDA) telah memberikan izin penggunana darurat di Amerika Serikat untuk vaksin mRNA dari Pfizer/BioNTech.
FDA mengungkapkan ada beberapa efek samping yang mungkin dialami setelah seseorang menerima vaksin mRNA. Efek samping tersebut meliputi nyeri pada tempat suntikan, merasa lelah, sakit kepala, nyeri otot, kedinginan, nyeri sendi, dan demam.
"Lebih banyak ornag yang mengalami efek samping ini setelah pemberian dosis kedua, dibandingkan setelah pemberian dosis pertama," jelas FDA, seperti dilansir Medical News Today, Selasa (22/12).
Oleh karena itu, FDA menilai penting bagi penyedia dan penerima vaksin untuk mengetahui hal ini. Khususnya, lanjut FDA, setelah pemberian dosis kedua.