Jumat 11 Dec 2020 06:19 WIB

Agar Terhindar dari Osteoporosis, Begini Caranya

Gaya hidup sehat dan aktif bergerak akan mengurangi risiko terkena osteoporosis

Rep: wahyu suryana/ Red: Hiru Muhammad
Warga berolahraga saat Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau Car Free Day (CFD) di Jalan Gajah Mada, Jakarta, Ahad (5/7/2020). Pemprov DKI Jakarta kembali menggelar HBKB saat masa PSBB transisi di 32 titik lokasi yang telah ditentukan untuk menggantikan lokasi HBKB di Jalan Sudirman dan MH Thamrin yang ditiadakan sementara.
Foto: ANTARA/Hafidz Mubarak A
Warga berolahraga saat Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau Car Free Day (CFD) di Jalan Gajah Mada, Jakarta, Ahad (5/7/2020). Pemprov DKI Jakarta kembali menggelar HBKB saat masa PSBB transisi di 32 titik lokasi yang telah ditentukan untuk menggantikan lokasi HBKB di Jalan Sudirman dan MH Thamrin yang ditiadakan sementara.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN--Osteoporosis umumnya banyak dijumpai dari orang dengan usia lanjut atau lansia. Namun, dokter spesialis orthopedi RSA UGM, dr Luthfi Hidayat mengingatkan, penyakit ini dapat menyerang siapa saja, termasuk anak muda."Semua orang memiliki resiko terkena osteoporosis," kata Luthfi dalam bincang-bincang kesehatan bertajuk Kenali dan Cegah Osteoporosis yang digelar daring, Kamis (10/12).

Ia mengatakan, ada beragam faktor yang mempengaruhi osteoporosis, salah satunya gaya hidup tidak sehat. Luthfi menyebut, merokok merupakan salah satu contoh kebiasaan yang dapat memicu terjadinya osteoporosis.

Selain berdampak buruk bagi kesehatan jantung dan paru-paru, merokok juga bisa menyebabkan osteoporosis. Pasalnya, zat-zat yang terkandung dalam rokok seperti nikotin dapat menghambat produksi sel pembentukan tulang."Kepada mereka yang merokok efeknya cukup lumayan. Jika mengalami patah tulang, maka butuh lebih lama untuk sembuh atau menyambung, dan resiko tulang tidak menyambung juga lebih besar," ujar Luthfi.

Selain itu, kebiasaan lain seperti konsumsi alkohol dapat mempengaruhi kesehatan tulang dan meningkatkan resiko osteoporosis. Lalu, malas olah raga atau melakukan aktivitas fisik juga dapat meningkatkan resiko osteoporosis."Olah raga bagus untuk memperkuat tulang, tapi perlu diperhatikan juga jika tidak semua aktivitas fisik bagus untuk kepadatan tulang," kata Luthfi.

Sejumlah faktor lain seperti diet rendah kalsium, riwayat keluarga, dan seseorang dengan badan kurus dan kecil juga beresiko tinggi osteoporosis. Wanita lebih beresiko terkena osteoporosis karena mengalami menopause.

Demikian juga orang dengan penyakit gangguan metabolisme, diabetes, gangguan ginjal, dan penyakit autoimun lebih rentan terkena osteoporosis. Pencegahannya dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat dan upayakan untuk selalu aktif bergerak. "Kalau sudah terkena dilakukan pengobatan dengan pemberian kalsium," ujar Luthfi.

Terkait olah raga, dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi medis RSA UGM, dr Guritno Adistyawan menyampaikan, memang menjadi salah satu yang bisa mencegah osteoporosis. Sebab, olah raga dapat menjaga kepadatan tulang.

Ia menerangkan, olah raga yang baik mencegah osteoporosis dengan weight bearing. Olah raga jenis ini dilakukan dengan gerakan melawan gravitasi dalam posisi berdiri tegak. Beberapa di antaranya seperti jalan cepat, jogging, melompat dan lainnya.

"Semua jenis olah raga yang dilakukan perlu dipastikan dengan kondisi masing-masing," kata Guritno.

Untuk penderita osteoporosis dan lansia, lanjut Guritno, olah raga yang dilakukan sebaiknya yang minim membebani tulang. Sebab, pengidap osteoporosis rawan mengalami patah tulang.

Jadi, bisa dilakukan dengan jalan-jalan, berdiri melakukan aktivitas sehari-hari seperti menyapu, membawa barang belanjaan dan lainnya. Hindari olah raga bersifat memberi beban tinggi seperti melompat karena bisa meningkatkan resiko patah tulang."Dengan aktivitas fisik seperti itu tulang sudah mendapatkan stimulus," ujar Guritno. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement