Sabtu 05 Dec 2020 11:20 WIB

Kangen Nonton Jazz Gunung? Nantikan 12 Desember!

Jazz Gunung Bromo dan Ijen siap digelar dengan konsep hibrida.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Penampilan salah satu musisi di Jazz Gunung Ijen tahun lalu.
Foto: Dokumen.
Penampilan salah satu musisi di Jazz Gunung Ijen tahun lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jazz Gunung Indonesia menghadirkan pertunjukan dengan konsep hibrida pada 12 Desember 2020 mendatang. Terdapat dua konser yang digelar bersamaan, yakni Jazz Gunung Bromo secara virtual dan Jazz Gunung Ijen live on location.

Selain konser virtual dengan latar Gunung Bromo, ada konser jaz di Gunung Ijen yang diselenggarakan di luar ruang dengan protokol kesehatan ketat. Penonton tetap diperkenankan datang, tetapi dengan jumlah terbatas dan wajib mematuhi protokol kesehatan.

Baca Juga

Konser Jazz Gunung Bromo virtual menampilkan Ring of Fire feat Tashoora, Tohpati, dan Ricad Hutapea. Jazz Gunung Ijen yang diselenggarakan di Banyuwangi menghadirkan Bintang Indrianto feat Sruti Respati, serta Sri Hanuraga Trio feat Dira Sugandi.

Semua artis, musisi, penonton, teknisi, dan panitia dalam produksi kedua konser harus disiplin menerapkan protokol. Kapasitas amfiteater Jazz Gunung Ijen yang dalam keadaan normal bisa menampung 1.000 orang, dibatasi menjadi 300 orang saja.

Penggagas Jazz Gunung Indonesia Sigit Pramono berharap konsep konser hibrida akan menjadi salah satu momentum kebangkitan ekonomi kreatif dan pariwisata. Jazz Gunung Indonesia berusaha menerapkannya agar masyarakat bisa tetap menonton konser musik.

Antisipasi lain, penyelenggaraan pertunjukan Jazz Gunung Indonesia Hybrid Concert akan dibagi menjadi dua segmen dalam sehari. Dengan begitu, menurut Sigit, kerumunan bisa dikendalikan sehingga mencegah penularan virus corona di antara yang hadir.

"Ini adalah terobosan cerdas bagaimana bangsa Indonesia bisa terus mengendalikan pandemi, menyelamatkan nyawa, dan sekaligus menyelamatkan ekonomi," ujar pria yang juga menjabat sebagai ketua umum Gerakan Pakai Masker (GPM) itu.

Pada konferensi pers virtual, Jumat (4/12) petang, Sigit menyampaikan bahwa semua orang yang terlibat dan menyimak nantinya wajib melakukan tiga hal. Mereka wajib melakukan tes antigen, wajib pakai masker, dan wajib jaga jarak.

Kondisi demikian menjadi tantangan bagi Jazz Gunung Indonesia di tengah pandemi. Sigit berharap pelaksanaan konser memicu kebangkitan pariwisata Indonesia sekaligus mampu menggairahkan kembali sektor ekonomi kreatif di lokasi setempat.

"Kami ingin menegaskan bahwa ini akan menjadi semacam showcase, bagaimana kolaborasi pemerintah dan kelompok masyarakat mampu menyelenggarakan konser di tengah pandemi dengan protokol yang sangat ketat," tutur Sigit.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement