REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 yang mengakibatkan sebagian besar aktivitas dilakukan di rumah mampu meningkatkan minat baca masyarakat di sejumlah negara. Data dari laman The Digital Reader menyebutkan minat baca meningkat di India, Thailand, dan China.
Selanjutnya, pendapatan industri penerbitan masih pada buku cetak dibandingkan buku elektronik maupun buku audio. Di lain sisi, buku cetakan fisik tersebut penjualannya semakin menurun.
“Laman tersebut menyebutkan sebanyak 35 persen minat baca meningkat akibat pandemi Covid-19,” ujar Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando di Jakarta, Senin.
Jumlah jam yang dihabiskan oleh rata-rata masyarakat India untuk membaca buku per pekannya sebanyak 10 jam 42 menit. Kemudian Thailand dengan rata-rata sembilan jam 24 menit per minggu dan diikuti China dengan delapan jam per minggu.
Sementara rata-rata masyarakat Indonesia menghabiskan enam jam per pekan untuk membaca buku. Jumlah tersebut sedikit di bawah Australia yang mana masyarakatnya rata-rata menghabiskan enam jam 18 menit untuk membaca buku.
Posisi Indonesia lebih unggul dari Argentina (lima jam 54 menit), Turki (lima jam 48 menit), Spanyol (lima jam 48 menit), Kanada (lima jam 48 menit), Jerman (lima jam 42 menit), dan Amerika Serikat (lima jam 42 menit).
Syarif menjelaskan, meningkatnya minat baca tersebut dikarenakan sejumlah upaya yang dilakukan Perpusnas dan berbagai lapisan masyarakat, meskipun ketersediaan bahan bacaan di daerah terutama 3T terbatas. Perpusnas juga hadir tidak hanya dalam bentuk fisik, tetapi juga melalui aplikasi, yakni iPusnas.
Sebelumnya, Perpusnas mencatat bahwa terdapat peningkatan yang cukup signifikan terkait minat baca masyarakat Indonesia bila dibandingkan dengan tahun 2017, dari rata-rata sebelumnya yang hanya sekitar 36,48 persen (2017) meningkat menjadi 52,92 persen (2018) dan 53,84 persen (2019).