REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keberadaan hand sanitizer sangat membantu menjaga kebersihan tangan di masa pandemi Covid-19. Namun, peningkatan penggunaan hand sanitizer tampak diiringi oleh peningkatan kasus eksim tangan. Bagaimana solusinya?
Menjaga kebersihan tangan merupakan salah satu anjuran yang digaungkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk menekan penyebaran Covid-19. Kebersihan tangan bisa dijaga melalui rajin mencuci tangan dengan air dan sabun. Hand sanitizer bisa digunakan sebagai alternatif bila tidak ada air dan sabun.
Hal ini mendorong terjadinya peningkatan penggunaan hand sanitizer di masa pandemi. Studi yang melibatkan 434 tenaga kesehatan menunjukkan bahwa 74 persen partisipan menggunakan hand sanitizer lebih dari 10 kali per hari.
Peningkatan penggunaan hand sanitizer tampaknya diikuti oleh peningkatan kasus eksim tangan. Berdasarkan studi, sekitar 76,7 persen partisipan melaporkan gejala eksim tangan. Kasus yang paling umum ditemukan adalah kasus eksim tangan kontak iritan, sedangkan yang paling sedikit adalah eksim tangan kontak alergi.
Kasus eksim tangan kontak iritan dapat terjadi pada siapa saja yang tangannya terpapar oleh iritan, termasuk sabun atau hand sanitizer berbasis alkohol. Kasus eksim tangan kontak alergi hanya terjadi pada orang-orang yang sebelumnya memang rentan untuk mengalami iritasi kulit akibat paparan zat tertentu.
Kondisi eksim tangan dapat memunculkan gejala yang tak nyaman. Beberapa di antaranya adalah kulit kering, gatal, kulit pecah-pecah, dan bahkan rasa sakit.
Studi berbeda juga menunjukkan hasil serupa. Studi dari Milan yang berlangsung pada 9 Maret 2020 hingga 4 Mei 2020 menunjukkan adanya 24 kasus eksim tangan baru yang berkaitan dengan penggunaan hand sanitizer berbasis alkohol.
Ada beberapa faktor pada hand sanitizer yang dinilai dapat memunculkan masalah. Salah satunya adalah hand sanitizer yang dibuat dengan formula tidak standar. Misalnya, jenis alkohol yang digunakan adalah metanol bukan etanol.
Hal lain yang mungkin memicu timbulnya masalah adalah jenis alkohol yang digunakan dan kadar alkohol yang tidak sesuai. Keberagaman ini turut dipicu oleh beredarnya beragam "resep" untuk membuat hand sanitizer sendiri di media sosial.
Di sisi lain, keberadaan hand sanitizer tetap bermanfaat dalam menjaga kebersihan tangan dan mencegah penyebaran Covid-19. Terlebih bila seseorang berada pada situasi yang sulit untuk mencuci tangan dengan air dan sabun.
Untuk mencegah terjadinya masalah kulit, WHO telah merekomendasikan penggunaan hand sanitizer yang disertai dengan glycerol sebagai agen pelembap. Untuk hand sanitizer dengan kandungan alkohol 60 persen, WHO menganjurkan adanya kandungan glycerol sebesar 1,45 persen.
Belum diketahui seberapa besar kandungan glycerol yang dibutuhkan untuk menurunkan risiko eksim tangan akibat penggunaan penyanitasi tangan. Akan tetapi, beberapa studi menunjukkan bahwa kandungan di bawah 1,45 persen pun sudah cukup efektif untuk melindungi tangan dari kondisi kulit kering.
Hal lain yang direkomendasikan adalah menggunakan krim tangan sesaat setelah menggunakan hand sanitizer. Meski cara ini dapat membantu mencegah terjadinya dermatitis akibat alkohol, tak banyak orang yang benar-benar menerapkan hal ini.
"Satu studi menunjukkan hanya sekitar satu dari lima tenaga kesehatan yang melakukan itu (mengaplikasikan krim tangan) setelah menggunakan hand sanitizer alkohol," jelas Konsultan Dermatologi Dr Suretha Kannenberg, seperti dilansir Health 24.
Selain itu, Dr Suretha juga menyoroti bahwa saat ini ada banyak area yang menyediakan hand sanitizer untuk publik. Akan tetapi, tak banyak yang melakukan hal serupa untuk penyediaan krim tangan.
Dr Suretha mengatakan perawatan kulit yang memadai dapat meningkatkan kepatuhan akan menjaga kebersihan tangan. Oleh karena itu, Dr Suretha menilai perawatan kulit juga perlu menjadi prioritas, khususnya di kalangan tenaga kesehatan.