Senin 23 Nov 2020 01:50 WIB

Bell's Palsy Kemungkinan Termasuk Gejala Covid-19

Dokter menemukan semakin jamak pasien Covid-19 yang alami Bell's palsy.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Reiny Dwinanda
 Pasien Covid-19 di unit perawatan intensif di Pusat Rumah Sakit Joseph Imbert di Arles, Prancis selatan, Rabu, 28 Oktober 2020. Belakangan, makin umum ditemui adanya pasien Covid-19 yang juga mengalami Bells palsy alias kelumpuhan otot wajah.
Foto: AP/Daniel Cole
Pasien Covid-19 di unit perawatan intensif di Pusat Rumah Sakit Joseph Imbert di Arles, Prancis selatan, Rabu, 28 Oktober 2020. Belakangan, makin umum ditemui adanya pasien Covid-19 yang juga mengalami Bells palsy alias kelumpuhan otot wajah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Virus corona tipe baru (SARS-CoV-2) dan penyakit yang ditimbulkannya (Covid-19) masih terus menyebar ke seluruh dunia. Tanpa vaksin atau obat khusus, tidak hanya kasus dan komplikasi akibat penyakit itu yang meningkat.

Para dokter masih terus melaporkan gejala baru yang menjadi umum setiap hari di antara pasien Covid-19. Salah satu gejala tersebut adalah Bell's Palsy, dilansir Times Now News, Ahad (22/11).

Baca Juga

Kasus Bell's palsy alias kelumpuhan otot wajah menjadi semakin umum di antara pasien Covid-19. Pasien yang bahkan tidak memiliki diagnosis Covid-19 yang dikonfirmasi juga melaporkan masalah tersebut.

Kecenderungan itu menunjukkan bahwa bahkan pasien Covid-19 yang tidak bergejala juga dapat menderita komplikasi Bell's palsy. Orang yang mengalaminya akan memiliki kelemahan atau kelumpuhan otot di wajah secara temporer.

Kondisi ini biasanya terjadi ketika saraf yang mengontrol otot wajah meradang, bengkak, atau tertekan. Ketika terkena Bell's palsy, satu sisi wajah akan menjadi layu atau kaku.

photo
Tiga gejala baru Covid-19 menurut CDC AS. - (Republika)

Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di Liverpool, SARS-CoV-2 mungkin bertanggung jawab atas peningkatan jumlah kelumpuhan wajah. Studi tersebut juga mengatakan bahwa dokter harus menyadari bahwa ini mungkin merupakan presentasi awal penyakit.

Para peneliti menyimpulkan hal ini dengan melakukan penelitian, di mana mereka menemukan bahwa kejadian Bell's palsy pada tahun 2020 adalah 3,5 persen lebih tinggi dari angka tahun lalu. Angkanya merupakan perbedaan yang signifikan secara statistik.

Dua dari 17 pasien juga dinyatakan positif mengidap Covid-19, sebagai bagian dari kumpulan kasus Covid-19 di Liverpool. Dalam studi lain dari Jepang, ditemukan bahwa kelumpuhan wajah dan gangguan penciuman mungkin merupakan presentasi Covid-19.

Studi tersebut melaporkan kasus Covid-19 pada seorang wanita Jepang, yang menunjukkan kelumpuhan saraf wajah. Bell's palsy juga merupakan gejala umum Covid-19 pada wanita hamil.

Sesuai dengan penelitian yang diterbitkan di BMJ, kasus kehamilan yang didiagnosis dengan Covid-19 didapat setelah perempuan tersebut melaporkan kelumpuhan wajah perifer terisolasi. Ibu itu dirawat di rumah sakit setelah dia mengalami kontraksi.

Dokter mencatat bahwa perifer kirinya mengalami kelumpuhan saraf wajah. Karena dia tidak memiliki penyebab yang jelas mengapa hal itu bisa terjadi, para dokter menjadi bingung. Namun, di bawah protokol normal, ketika dia dites Covid-19, dia diketahui positif.

“Penyakit saraf wajah akut yang menyebabkan kelumpuhan wajah perifer umumnya dikaitkan dengan infeksi virus. Covid-19 dapat menjadi penyebab potensial kelumpuhan wajah perifer dan gejala neurologis bisa menjadi manifestasi pertama dan satu-satunya dari penyakit ini, ” tulis laporan BMJ.

Virus corona baru telah terbukti menyebabkan gejala neurologis dan Bell's palsy mungkin salah satu indikatornya. Mengingat keparahan Covid-19, orang-orang diserukan terus mengikuti semua tindakan pencegahan dan tetap aman sampai ada vaksin yang efektif, andal, dan aman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement