Jumat 13 Nov 2020 20:38 WIB

Masalah Kesehatan Mental Remaja AS Didominasi Usia 12-17

Kasus kesehatan mental anak di Amerika Serikat naik signifikan setelah pandemi.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Reiny Dwinanda
Anak berada di rumah di tengah pandemi (Ilustrasi). Ketidakpastian yang terjadi sangat lama sebagai dampak dari pandemi menjadi tantangan khusus bagi remaja selama tahap penting dalam perkembangan mereka.
Foto: abc
Anak berada di rumah di tengah pandemi (Ilustrasi). Ketidakpastian yang terjadi sangat lama sebagai dampak dari pandemi menjadi tantangan khusus bagi remaja selama tahap penting dalam perkembangan mereka.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kesehatan mental akibat pandemi berpotensi terjadi tak hanya pada orang dewasa. Tak terbiasa dengan kondisi akibat pandemi, kecemasan tentang tertular Covid-19 dan karantina di rumah saja juga berpotensi berdampak kepada kesehatan mental anak-anak.

Hal itu dikonfirmasi oleh laporan yang dirilis oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat pada Kamis (12/11). Dari pertengahan Maret hingga Oktober, proporsi kunjungan ruang gawat darurat terkait kesehatan mental anak meningkat drastis untuk anak usia sekolah dan remaja dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Baca Juga

"Temuan ini memberikan wawasan awal tentang kesehatan mental anak-anak dalam konteks pandemi Covid-19 dan menyoroti pentingnya pemantauan berkelanjutan terhadap kesehatan mental anak-anak selama pandemi,” tulis para peneliti, dilansir laman NBC News, Jumat (13/11).

Melalui temuan ini, CDC berharap para pihak yang bertanggung jawab dapat memastikan akses ke perawatan selama krisis kesehatan masyarakat. Mereka juga diminta dapat meningkatkan strategi penanggulangan dan ketahanan yang sehat di antara anak-anak dan keluarga.

Para peneliti di CDC mempelajari data dari database pengawasan ruang gawat darurat nasional dari awal Januari hingga 17 Oktober. Informasi itu kemudian dibandingkan dengan data yang dikumpulkan selama periode yang sama pada 2019.

Dari Maret hingga Oktober, proporsi kunjungan gawat darurat terkait kesehatan mental meningkat 24 persen untuk anak-anak berusia 5-11 tahun. Angka itu melonjak 31 persen di antara remaja berusia 12-17 tahun, dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Remaja berusia 12-17 tahun merupakan proporsi tertinggi dari kunjungan gawat darurat terkait kesehatan mental anak-anak pada 2019 hingga 2020.  Menurut psikolog klinis dan profesor di University of Chicago, Dr. Candice Norcott, ketidakpastian yang terjadi sangat lama sebagai dampak dari pandemi menjadi tantangan khusus bagi remaja selama tahap penting dalam perkembangan mereka.

"Mereka kesulitan melihat jalan menuju dunia pascapandemi dan mereka bertanya, 'Apa gunanya?' Remaja juga tidak hebat mengatasi kepuasan yang tertunda, mereka sangat merasa kehilangan tonggak sejarah dan ritual, seperti wisuda, pesta ulang tahun, dan musim pertandingan olahraga," jelas Norcott.

Para penyelidik mencatat, definisi kesehatan mental remaja berfokus pada gejala dan kondisi seperti stres dan kecemasan yang mungkin semakin parah setelah pandemi muncul di AS. Namun, hal itu mungkin tidak mencakup semua kunjungan gawat darurat yang terkait dengan kesehatan mental.

“Data ini kemungkinan tak menunjukkan jumlah aktual kunjungan perawatan kesehatan terkait kesehatan mental karena banyak kunjungan kesehatan mental terjadi di luar bagian gawat darurat,” tulis laporan tersebut.

Para peneliti juga menekankan kesehatan mental anak-anak selama keadaan darurat kesehatan masyarakat dapat memiliki konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang. Konsekuensi itu berimbas terhadap kesehatan dan kesejahteraan mereka secara keseluruhan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement