REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di akhir usia belasan hingga 20-an, umumnya perempuan muda sedang mencoba beradaptasi dengan tahapan kehidupan mereka selanjutnya. Di usia ini, mereka mulai menata masa depan, seperti mencari pekerjaan yang didambakan, mengejar kondisi finansial yang lebih mapan, dan banyak lainnya.
Psikolog klinis dewasa Tara de Thouars mengungkapkan, dalam kondisi normal saja, adaptasi itu akan menimbulkan berbagai kegelisahan dan kekhawatiran. Apalagi di tengah pandemi begini, adaptasi akan semakin terasa sulit dengan banyaknya keterbatasan dan ketidakpastian yang membuat ruang gerak perempuan menjadi terbatas.
“Usia 18-20an ini memasuki masa usia dewasa muda, di masa inilah perempuan mulai kejar mimpi dan membuat keputusan-keputusan untuk masa depannya,” ungkap Tara dalam konferensi pers virtual kampanye #TakTerhentikan Sunsilk dalam perayaan International Day of the Girl, disimak di Jakarta, Rabu (28/10).
Para perempuan akan mengalami kecemasan karena setiap keputusan yang mereka buat, akan mempengaruhi masa depan mereka, termasuk seperti pilihan jurusan kuliah hingga pasangan hidup. Tara mengungkap, beberapa permasalahan utama yang dialami perempuan adalah keraguan terhadap diri sendiri, rasa tertekan karena kehilangan harapan, dan merasa sendirian.
"Dibutuhkan dorongan atau dukungan dari dalam diri dan lingkungan sekitar, untuk membangkitkan optimisme mereka agar bertumbuh menjadi perempuan yang tetap positif dan bergerak maju,” ungkap Tara.
Efek dari permasalahan itu, Tara menyebut para perempuan akan selalu merasa kurang, jadi tidak bahagia, pesimis, ragu pada diri sendiri, dan paling berbahaya mereka jadi kehilangan mimpi mereka. Bahkan, kebanyakan mereka yang pesimis, mereka justru jadi diam saja dan tidak melakukan apapun.
“Para perempuan masih bisa dan harus punya harapan serta mimpi, karena kita jadi tahu bahwa kita harus mulai melangkah kembangkan diri dan mengambil risiko dengan mimpi kita,” tutur Tara.
Support system bagi para perempuan muda Indonesia dari Sunsilk diawali dengan Kelas Inspirasi Sunsilk. Rangkaian kelas di Youtube mengangkat topik Content Creation, Hair & Beauty, Public Speaking dan Kuliner, dengan menghadirkan sosok-sosok wanita #TakTerhentikan, yaitu Febby Rastanty, Laudya Cynthia Bella, dan Chef Nadya Risdiana.
Hingga saat ini, Kelas Inspirasi Sunsilk telah menginspirasi lebih dari 500 ribu perempuan untuk mengeksplorasi minat dan kemampuan mereka, sebagai bekal untuk terus berkembang di tengah pandemi Covid-19. Selanjutnya adalah Exclusive Coaching Class, yakni pelatihan online interaktif untuk 200 peserta.
Di sesi tersebut, peserta berkonsultasi langsung dengan para coach untuk mempertajam minat dan bakat di bidang content creation serta kuliner. Di akhir kelas, ada kompetisi seru yang menantang mereka mengaplikasikan materi yang sudah disampaikan.
Dua pemenang kompetisi mendapatkan hadiah berupa one-day internship program untuk merasakan tantangan di dunia kerja sekaligus terlibat langsung dalam menggarap beragam proyek seru. Salah satu coach dalam Exclusive Coaching Class, chef Nadya Risdiana, meyakini melalui kelas ini para peserta dapat lebih percaya diri dalam memulai ataupun mengembangkan bisnis di bidang kuliner.
“Pelajaran yang aku dapat banyak banget. Kayak pengembangan diri di masa pandemi, dan motivasi-motivasi agar aku bisa kembangkan usahaku di kuliner. Karena aku masih mahasiswi, aku masih bisnis di sekitar kampus, dan aku berencana kembangkan kuliner yang sebagian ilmunya sudah dishare oleh cChef Nadia,” kata salah satu peserta, Hamidah.
Sosok inspiratif lain yang turut mendukung kampanye #TakTerhentikan tahun ini adalah Brand Ambassador Sunsilk, Raisa. Ia berbagi kendala di tengah pandemi tak menghentikan semangat Raisa untuk tetap berkarya.