Kamis 29 Oct 2020 13:45 WIB

SquareLizz, Memberdayakan Muslimah Melalui Bisnis Hijab 

Liza Fariza adalah peserta Islamic Sociopreneur Development Program (ISDP).

Liza Fariza, pemilik SquareLizz.
Foto: Dok. Laznas BSM
Liza Fariza, pemilik SquareLizz.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi lingkungannya. Hadits ini yang menggerakkan Liza Fazira, mahasiswa STEI SEBI Depok, Jurusan Manajemen Syariah untuk menjadi pebisnis yang sukses. Berbeda dengan teman seusianya yang kebanyakan hanya kuliah saja, Liza memilih mengambil beban lebih dengan memutuskan menjadi pebisnis. 

Liza memulai bisnisnya saat duduk di  semester IV, tepatnya pada tahun 2018.Pada saat itu Liza memiliki keresahan karena banyak teman di lingkungannya yang sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang cocok untuk bisa tetap menutup auratnya. Dari keresahan itu Liza yang mendapatkan kuliah bisnis memutuskan untuk membuat bisnis yang bernama SquareLizz.

SquareLizz merupakan brand yang menjual berbagai jenis hijab dan juga aksesoris hijab lainnya. Hal menarik dari model bisnis SquareLizz adalah adanya misi sosial untuk memberdayakan Muslimah yang ada di sekitar lokasi usahanya, yakni wilayah Depok, Jawa Barat. “Misi ini diwujudkan dengan melibatkan ibu-ibu  dalam proses produksi. Saat ini saya melibatkan delapan orang dalam proses bisnis SquareLizz,” kata Liza dalam rilis yang diterima Republika.co.id,Rabu (28/10).

Diakui Liza, perjalanan menjadi pebisnis tidak selamanya mudah. Selama 2 tahun ini Liza sudah merasakan banyak tantangan dalam membangun SquareLizz, mulai dari tertipuoleh konveksi dengan nominal yang besar, dikhianati oleh salah seorang rekanbisnis, sampai krisis ekonomi sekarang yang membuat penjualan menjadi lesu. Berbagai permasalahan yang dihadapi membuat Liza semakin kuat dan sadar bahwa Allah adalah segalanya. 

“Bisnis itu full bersandarnya sama Allah, karena enggak ada yang menggaji kita. Jadi berharapnya sama Allah aja, tentunya setelah kita berikhtiar. Ketika omset sedang bermasalah lebih sering introspeksi ibadah,” ujarnya.

Liza juga sadar dalam berbisnis tidak cukup hanya bermodalkan uang dan skill, ia juga memerlukan ekosistem yang mendukung. Atas dasar itu Liza pun memutuskan untuk mendaftar program beasiswa Islamic Sociopreneur Development (ISDP) yang diselenggarakan oleh Laznas BSM. Program ini ditujukan untuk membimbing mahasiswa yang ingin menjadi socioprenuer dan Liza berhasil menjadi salah satu penerima manfaat. 

“Melalui ISDP,  saya mendapatkan banyak sekali manfaat, seperti mendapatkan mentor/coach bisnis, mengetahui serangkaian ilmu bisnis yang efektif, juga dikenalkan dengan banyak pemilik usaha  yang sudah sukses di bidang bisnisnya,” tuturnya.

Selain itu Liza juga mendapatkan bantuan modal usaha sebesar Rp 24 juta dari program ISDP. “Bantuan modal ini sangat  membantu saya dalam mengembangkan bisnis,” kata Liza.

Ia mengungkapkan, saat ini jumlah pelanggaran produk SquareLizz sudah  semakin banyak. Salah satu trik marketing yang dilakukan Liza adalah memberikan harga paket produk sehingga customer lebih tertarik karena harga jualnya yanglebih murah dibanding yang lain.

Selain itu SquareLizz juga mengajak pembeli untuk membeli produk sambil bersedekah dengan tagline “Sedekah semudah berbelanja”.  “Sebagian keuntungan penjualan dari SquareLizz disalurkan melalui Laznas BSM,” tuturnya. 

Liza menyebutkan, produk yang dijual oleh SquareLizz beragam, mulai dari Bergo Talyy, Pashmina Syar'i, Senada Hijra Set (produk satu warna yang berisi ciput, masker kain, jaos kaki, manset tangan)dan Voal with Box. Teruntuk Bergo Talyy dan  Pashmina Syar’i dijual dengan harga paket 100ribu mendapatkan 3 produk. “Penjualan produk saat ini difokuskan melalui online, cukup degan melakukan pemesanan menggunakan WhatsApp. Mereka yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang SquareLizz bisa melihat pada akun instagram @squarelizz,” paparnya.

Berbagai pencapaian yang sudah diraih tidak membuat Liza cepat puas. Liza memiliki impian besar untuk memiliki distributor di setiap kota di Indonesia, dan mempunyai gudang barang yang besar. “Saya juga ingin punya konveksi sendiri.  Sehingga,  setiap pesanan customer dapat tersedia terus-menerus tanpa harus Pre-Order terlebih dahulu,” kata Liza Fariza.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement