Jumat 23 Oct 2020 16:44 WIB

Jangan Salah, Obat Kumur Bukan Antivirus, tak Matikan Corona

Ilmuwan mengoreksi klaim obat kumur dapat nonaktifkan virus corona.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Reiny Dwinanda
Obat kumur. Studi yang diterbitkan pada 17 September di Journal of Medical Virology menyatakan produk obat kumur yang dijual bebas dapat memberikan tingkat perlindungan tambahan terhadap virus flu biasa, bukan virus penyebab Covid-19.
Foto: ABC News/Katrina Beavan
Obat kumur. Studi yang diterbitkan pada 17 September di Journal of Medical Virology menyatakan produk obat kumur yang dijual bebas dapat memberikan tingkat perlindungan tambahan terhadap virus flu biasa, bukan virus penyebab Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ahli meluruskan sejumlah informasi yang terkait dengan sebuah laporan penelitian yang menyebut obat kumur dapat menonaktifkan virus corona tipe baru, SARS-CoV-2. Klaim mengenai penggunaan obat kumur berbasis alkohol setiap hari efektif menekan virus , menjadi penyebab Covid-19 itu marak berseliweran di internet.

Pernyataan itu dibantah para ahli kesehatan. Beberapa laporan menyebut obat kumur bisa atau mungkin efektif, tetapi para ilmuwan mengatakan tidak ada bukti yang cukup.

Baca Juga

"Tak masalah dengan penggunaan Listerine, tetapi itu bukan antivirus," seorang ahli virologi di Columbia University, Angela Rasmussen seperti dilansir People, Kamis (22/10).

Studi yang diterbitkan pada 17 September di Journal of Medical Virology itu menyatakan produk yang dijual bebas dapat memberikan tingkat perlindungan tambahan terhadap virus. Namun, seperti yang ditunjukkan Times, perlindungan hanya difokuskan pada jenis flu biasa yang disebabkan oleh tipe human corona virus 229E (HCoV‐229E), bukan SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19.

Selain itu, penelitian itu tidak memiliki pasrtisipan manusia dalam menguji hipotesis. Sebaliknya, para peneliti menempatkan produk oral pada sampel HCoV-229E dan menemukan bahwa produk serupa Listerine dan Listerine sangat efektif dalam menonaktifkan virus menular dengan lebih dari 99,9 persen, bahkan dengan waktu kontak 30 detik.

"Anda dapat menggunakan obat kumur untuk mengurangi kemungkinan terkena radang gusi, tapi itu tidak punya dampak yang bermakna pada kemampuanmu untuk menularkan virus ini,” ujar Rasmussen.

Dalam kesimpulannya, penulis penelitian mencatat uji klinis diperlukan untuk mengonfirmasi potensi virus dari produk itu dan menilai kemampuannya membatasi penularan HCoV (HCoV-229E) pada populasi umum. Mereka juga menetapkan hasilnya terkait dengan HCoV, bukan virus penyebab Covid-19.

Jaga jarak sosial, menjaga kebersihan tangan, dan pemakaian masker adalah cara paling efektif menghentikan penyebaran Covid-19 saat ini. Direktur Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) AS, dr. Robert Redfield mengatakan, jika semua orang mengenakan masker selama empat pekan, maka selama enam pekan mendatang penyebaran pandemi bisa ditekan.

Pejabat kesehatan tersebut menekankan penggunaan masker terbukti secara ilmiah dapat membantu mengurangi penyebaran Covid-19.

“Kami bukannya tidak berdaya melawan virus ini. Kami sebenarnya punya salah satu senjata terkuat yang bisa kalian minta. Senjata paling ampuh yang kami miliki yang aku tahu adalah memakai masker,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement