Kamis 22 Oct 2020 01:10 WIB

Penyintas Covid-19 Usia Muda Disarankan Pantau Fungsi Organ

Penyintas Covid-19 usia muda tetap berisiko jangka panjang alami kerusakan organ.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Penyintas Covid-19 usia muda tetap berisiko jangka panjang alami kerusakan organ (Foto: ilustrasi)
Foto: Pixabay
Penyintas Covid-19 usia muda tetap berisiko jangka panjang alami kerusakan organ (Foto: ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyintas Covid-19 yang masih berusia muda dan tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit tetap memiliki risiko jangka panjang terhadap kerusakan organ. Oleh karena itu, para penyintas Covid-19 dianjurkan untuk melakukan pemantauan fungsi organ secara berkala.

Hal ini diungkapkan dalam studi yang dilakukan oleh tim peneliti dari Oxford University. Studi ini melibatkan 201 pasien di Inggris yang sudah memasuki masa pemulihan.

Baca Juga

Rerata usia para pasien adalahh 44 tahun. Lebih dari 90 persen pasien tidak memiliki faktor risiko seperti diabetes, tekanan darah tinggi, atau penyakit jantung. Dari semua partisipan, hanya 18 persen yang mengalami gejala berat dan membutuhkan layanan rawat-inap di rumah sakit.

Pada 140 hari setelah gejala pertama muncul, sekitar 98 persen partisipan masih mengalami perasaan lelah. Sebanyak 92 persen mengalami gejala pada jantung dan paru-paru.

Selain itu, 88 persen partisipan amsih mengalami nyeri otot, 87 persen mengalami kesultian bernapas, dan 83 persen mengalami sakit kepala. Sekitar 73 persen dari partisipan masih mengalami gejala masalah pencernaan.

Kerusakan organ lebih umum ditemukan pada partisipan yang membutuhkan layanan rawat-inap di rumah sakit. Akan tetapi, kerusakan organ juga ditemukan pada para partisipan yang tidak membutuhkan rawat-inap rumah sakit selama terkena Covid-19. Sekitar 66 persen dari seluruh partisipan setidaknya memiliki gangguan pada satu organ.

Berdasarkan pemindaian MRI, ada 33 persen kersuakan ringan di paru-paru yang ditemukan pada para partisipan. Kerusakan ringan lain yang ditemukan adalah 32 persen pada jantung, 17 persen pada pankreas, 12 persen pada ginjal, 10 persen pada hati, dan 6 persen pada limpa.

Melalui studi yang diunggah pada medRxiv ini, tim peneliti mengatakan penelitian mereka belum sampai pada tahap pembuktian bahwa virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan kerusakan organ ini. Akan tetapi, studi ini menggarisbawahi pentingnya pemantauan fungsi organ pada penyintas Covid-19, meski penyintas tersebut hanya mengalami gejala ringan saat terkena Covid-19.

Selain melakukan pemantauan pascapemulihan, upaya pencegahan juga tetap penting dilakukan. Terkait pencegahan, studi yang dilakuakn tim peneliti Belanda menemukan bahwa vaksin flu dapat membantu mencegah terjadinya Covid-19.

Studi ini melibatkan pekerja rumah sakit sebagai partisipan. Para pekerja rumah sakit ini mendapatkan vaksin flu pada musim dingin lalu.

Pemberian vaksin flu ini ternyata dapat memancing sel-sel sehat untuk merespon virus penyebab flu dan juga virus penyebab Covid-19 dengan lebih efektif. Hal ini membuat para pekerja rumah sakit yang telah mendapatkan vaksin flu memiliki risiko yang lebih rendah untuk tertular Covid-19. Kejadian Covid-19 juga tampak 39 persen lebih rendah pada partisipan yang mendapatkan vaksin flu.

"Ini bisa berarti bahwa vaksin flu dapat memberi sebagian perlundungan terhadap kedua infeksi tersebut pada musim dingin saat ini," ujar tim penelti, seperti dilansir Reuters, Rabu (21/10).

Temuan ini telah diunggah pada laman medRxiv per Jumat lalu. Tim peneliti menilai temuan ini penting untuk dipublikasikan karena vaksin flu tersedia cukup luas.

"Karena vaksin flu tersedia untu kelompok masyarakat yang luas," pungkas ketua tim peneliti dari Radboud University Medical Center Mihai Netea.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement