Rabu 14 Oct 2020 21:05 WIB

Apa yang Membuat Lansia Rentan Terinfeksi Virus Corona?

Kelompok lansia dan komorbid rentan terinfeksi virus corona.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Reiny Dwinanda
Lansia (Ilustrasi). Ada beberapa faktor yang membuat lansia rentan terkena Covid-19.
Foto: AP / Ismael Francisco
Lansia (Ilustrasi). Ada beberapa faktor yang membuat lansia rentan terkena Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Virus SARS-CoV-2 yang menjadi penyebab Covid-19 tidak pandang bulu, bisa menyerang siapapun. Kelompok lanjut usia (lansia) termasuk rentan terinfeksi virus ini.

Mengapa lansia rentan terkena Covid-19? Staf Medis Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Dr. dr. Czeresna Heriawan Soejono, SpPD, KGer, M.Epid menyebutkan, ada beberapa alasan yang membuat kelompok lansia menjadi rentan terinfeksi virus ini.

Baca Juga

"Pertama karena adanya penurunan daya tahan tubuh yang ditentukan oleh berbagai macam sistem dalam tubuh kita, ada sel, protein, dan lainnya. Itu semuanya sudah terjadi perubahan pada mereka yang berusia lanjut," ujar Soejono saat mengisi konferensi virtual Badan Nasional Penanggulangan Bencana dengan tema "Mengapa Lansia dan Komorbid Rentan Terinfeksi Covid-19?", disimak di Jakarta, Rabu (14/10).

Persoalan ditambah dengan asupan makanan lebih sedikit dari yang semestinya. Hal itu dapat membuat daya tahan tubuh orang tua lansia menurun kemudian memudahkan terjadinya penularan.

Penyebab kedua, menurut Soejono, karena kelompok lansia disertai dengan kendala dalam melakukan kegiatan sehari-hari sehingga membutuhkan bantuan orang lain. Ketika ada orang yang membantu lansia, berarti ada risiko tertular virus.

Persoalan lainnya adalah gangguan kognitif yang menyulitkan lansia untuk patuh mengenakan masker. Soejono menjelaskan, lansia yang tidak mematuhi protokol kesehatan membuat kelompok ini bisa terinfeksi virus.

Tak hanya itu, Soejono menyebutkan, persoalan semakin pelik dengan banyaknya lansia yang mengalami penyakit penyerta (komorbid). Tubuh renta lansia tersebut telah mengalami inflamasi kronik, walaupun rendah dan menahun.

"Itu meningkatkan risiko untuk terjadinya infeksi (Covid-19)," jelas Soejono yang merupakan internis, konsultan geriatri, dan pakar epidemiolog .

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement